Halo, semuanya!
Happy new year! *lempar confetti
Semoga kita semua selalu berbahagia, sehat, dan juga diberkati oleh Tuhan sepanjang tahun 2023. New year, new me. Biasanya sudah banyak yang membuat unggahan seperti itu. Tahun baru sering dijadikan sebagai ajang untuk memulai suatu hal yang baru, bersiap menulis cerita di buku yang masih kosong, dan semoga saja tidak lagi berkutat dengan yang ada di cerita lama, ehem.
Resolusi tahun baru adalah topik yang sering dibicarakan menjelang awal tahun ataupun setelah tahun baru seperti sekarang ini. Termasuk yang saya dan teman-teman saya lakukan.
Ada yang merasa bahwa resolusi adalah hal yang gak gitu penting, karena akhirnya malah bisa jadi beban dan bikin merasa bersalah. Ada juga yang merasa bahwa resolusi tahun baru itu boleh saja karena bisa menjadi tolak ukur, atau mungkin menjadi refleksi.
Saya sendiri merasa bahwa resolusi tahun baru adalah sebuah doa, bukan sebuah ikrar. Saya tidak mau menjadikan sebuah beban untuk diri sendiri. Mungkin karena saya juga cenderung cuek dan happy-go-lucky. Kalau kata kakak saya, karena saya gak mau berusaha, hahaha. Dan dia tidak sepenuhnya salah.
Dalam setiap usaha yang saya lakukan, saya selalu berusaha memberikan yang terbaik. Bukannya sekali atau dua kali, saya sampai stress dan merasa tidak berdaya karena tidak bisa melakukan yang terbaik. Ada perasaan, "Aduh, ini tuh gak gini, masih bisa lebih bagus lagi," yang membuat saya jadi malah makin gak bisa bergerak karena sudah stress dan panik sendiri.
Random fact about me, setiap kali ditanya saat interview kerjaan soal kelemahan, saya akan selalu menjawab, "Tidak bisa bekerja di bawah tekanan."
Saat tertekan, saya cenderung malah tidak bisa melakukan apa-apa. Blank. Walau sebenarnya itu adalah cara saya untuk bisa kembali lagi. Ibaratnya, kalau dalam keadaan penuh tekanan, saya seperti sedang diberikan 100 keping puzzle untuk disusun. Saya akan perlu menyediakan tempat yang kosong agar saya bisa menyusun setiap kepingan sehingga bisa terpola dengan baik. Tidak masalah jika ada kepingan baru yang muncul, selama saya sudah menyediakan tempat yang kosong. Yang jadi masalah adalah saat saya belum bisa menemukan tempat yang kosong, tapi ada lagi kepingan baru yang muncul.
Seringkali saya jadi stress dan akhirnya membuang semua kepingan yang ada, atau membiarkannya saja tidak terselesaikan. Walau tak jarang juga akhirnya saya diam, menunggu sampai sudah lebih tenang, lalu mulai menyusun puzzle.
Sayangnya, hidup tidak seindah itu. Hidup tidak berjalan sesuai dengan ritme yang saya mau. Saya yang harus belajar mempercepat ritme saya, atau mungkin memperlambatnya, dan bisa saja akhirnya menikmati yang sudah ada.
Di tahun 2022, hal yang saya pelajari adalah tentang berdamai dengan diri sendiri. Menerima bahwa saya masih harus terus belajar, mengerti bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan yang saya mau, dan juga memaafkan diri saya yang masih melakukan kesalahan yang sama.
Jujur, saya memasuki tahun 2022 dengan optimisme tinggi bahwa saya bisa melakukan transformasi diri sehingga bisa koar-koar indahnya konsistensi dan juga perjuangan.
2022 sudah berakhir, kita sudah memasuki 2023, perubahan diri saya tidaklah seperti yang saya harapkan. Ajaibnya, dari percakapan random saya dengan beberapa teman selama beberapa hari ini, saya tersadar bahwa saya memang tidak mencapai goal yang saya inginkan, tapi bukan berarti saya tidak bertransformasi.
Seringkali kita mengukur pencapaian dan perkembangan kita dari tolak ukur yang tidak realistis atau bahkan dari apa yang orang lain capai. Padahal, pencapaian dan perkembangan kita adalah pertarungan atau lomba yang kita lakukan dengan diri kita sendiri.
Contohnya, saat membuat resolusi untuk tidur cukup. Resolusi tersebut bisa jadi terbentuk karena melihat artikel yang mengatakan bahwa tubuh kita membutuhkan istirahat yang cukup, lalu ada tambahan tentang orang terkenal yang memiliki rahasia sehat dengan tidur yang cukup. Setelah baca artikel itu, ada lagi konten tentang bangun jam 4 pagi untuk hidup sehat. Tidur jam 8 malam, bangun jam 4 pagi, katanya, bisa membentuk pola hidup sehat dan juga adalah ritual hidup orang sukses.
Akhirnya, mencoba menjalani nasihat untuk tidur cukup. Eh, tapi pulang kantor saja baru jam 9 malam. Eh, ada keluarga yang silaturahmi. Eh, ada drama kece. Eh, ada yang telpon, nih, ehem.
Sibuk melihat jam, sibuk memastikan bahwa kita sudah mengikuti "aturan" yang tepat. Padahal, setiap orang punya kebutuhan waktu tidur yang berbeda. Setiap orang juga punya prioritas yang berbeda. Yang cocok dan berhasil di satu orang maupun banyak orang, belum tentu cocok buat kita.
Daripada fokus pada kuantitas, perhatikanlah kualitas dari hal yang kita lakukan.
Kalau tidak bisa mendapatkan waktu tidur yang ideal, pastikan kita benar-benar beristirahat saat sudah waktunya. Bukan berarti juga kita jadi abai tentang waktu tidur. Tetap memperhatikan yang perlu diperhatikan, sambil tetap mengingatkan diri sendiri bahwa kesempurnaan itu hanyalah ilusi.
Saya menutup 2022 dengan senyum, berterimakasih pada diri sendiri karena telah berjuang menjalani satu tahun. Berterimakasih untuk semua orang terdekat saya yang tetap mendukung dan juga mengasihi saya. Berterimakasih untuk semua yang memberi warna dalam tahun 2022 saya, baik warna cerah maupun kelabu. Berterimakasih karena masih bisa memasuki tahun 2023.
Jadi, apa resolusi di 2023? Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, always choose to be happy~
Cheers,
Zis
0 Comments