Hak untuk Bahagia

Saya rasa kita semua setuju bahwa setiap orang berhak untuk bahagia.

Pertanyaannya, bagaimana kalau ternyata kebahagiaan kita bertolak-belakang dengan orang lain?

Mana yang harus lebih kita utamakan, bahagia kita atau orang lain?



Terlalu sering saya mendengar bahwa dalam cinta, kompromi itu sangat penting. Cinta itu berarti berkorban. Bahagiamu, bahagiaku.

Katanya begitu.

Padahal, apakah benar kita seutuhnya merasa bahagia saat bertoleransi?

Sebaliknya, jika kita bersikukuh mempertahankan kebahagiaan. Apa kita tak sedikit pun merasa bersalah?




alwayschoose

Terus terang, saya sering jengkel pada diri saya sendiri.

Ada kalanya saya bisa menjadi sangat egois dan keras kepala. Namun tak jarang juga saya sangat memikirkan perasaan orang lain. Yang paling sering, kedua hal tersebut menjadi pergolakan di batin dan pikiran saya.

Di satu sisi, saya ingin tak peduli dengan perasaan orang lain. Meski begitu, kepedulian saya tetaplah ada. Jadinya, seringkali rasa tertekan saya bukan karena perilaku orang lain terhadap saya. Melainkan karena saya tak tahu harus bersikap seperti apa.

Saya sangat tidak menyarankan kalian meniru kelabilan ini. Gak enak, sungguh. Apalagi gak semua orang bisa mengerti. Yang mereka lihat hanyalah kelabilan, sudah. Jadinya kita tambah jengkel karena orang gak bisa mengerti.

Tapi, apa mereka salah? Mereka kan gak bisa baca pikiran kita. Mereka juga bukan kita, jadi gak tau segala faktor yang memengaruhi kepribadian kita. Kalau cuma mikirin pendapat orang, gak akan ada abisnya :)

Tetap ada kok, yang bisa kita lakukan. Iya, kita. Saya dan kalian semua yang merasa senasib.

Kita semua berhak untuk bahagia dan ingatlah bahwa bahagia itu pilihan.

Kita tidak bisa memuaskan semua pihak atas pilihan kita. Kita gak bisa juga membahagiakan semua orang dengan keputusan kita. Pun, kita sangat mungkin dibenci karena keyakinan kita.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, selalu pilih untuk berbahagia.

Hidup akan selalu mengejutkanmu. Manusia bisa mengecewakanmu. Tak ada yang abadi di dunia ini.

Tetaplah berbahagia dengan cara terus bersyukur.

 

 

Mungkin hari ini kau menyakiti seseorang dengan keputusanmu. Mungkin di lain waktu, kau yang tersakiti.

Ingatlah bahwa selain berbahagia, kau juga memiliki hak untuk bersedih. Kau bisa kecewa. Terluka. Menangis.

Tapi mendendam, terpuruk, dan bahkan tak berdaya? Itu bukan pilihanmu.

Tersenyumlah. Percaya, bahwa kau bisa melalui segala hal bersama Dia yang tak pernah meninggalkanmu sendiri (Fil. 4:13).

 

Salam sayang,

Zelie

Post a Comment

0 Comments