
Judul: He's Just Not That Into You
Sutradara: Ken Kwapis
Penulis skenario: Abby Kohn, Marc Silverstein
Cast: Ginnifer Goodwin, Jennifer Aniston, Jennifer Conelly, Scarlett Johansson, Drew Barrymore
Durasi: 2 jam 9 menit
Tahun rilis: 2009
Tomatometer (Rotten tomatoes): 40% | IMDB's rate: 6.4
Rate from book-admirer:

Jelang Valentine, saatnya review film romance, nih. Pilihan yang paling tepat sebagai seorang jomblo adalah nonton film yang dipercaya gak ngenes-ngenes banget. Jadinya, pilihan saya jatuh pada film He's Just Not That Into You.
Saya sudah pernah baca bukunya dan suka banget! (read: Book Review) Buku tersebut tergolong sadis dalam artian yang bagus karena bener-bener membuka mata hati para wanita yang sedang dalam peperangan batin, "Apa dia (pacar/gebetan/tunangan/bahkan suami!) sebenarnya peduli dan sayang sama saya?"
Siapkan diri untuk kemungkinan terburuk karena, yah, yang paling buruk biasanya adalah kenyataan.
Saya mengharapkan sebuah hiburan atau penguatan yang kurang lebih sama dari film ini. Walau sejujurnya saya heran juga sih, kok bisa buku yang sebenarnya termasuk self-help bisa jadi film. Mungkin ada yang bisa ngasih contoh film lain yang diangkat dari buku self-help juga? Siapa tau saya memang kurang gaul gitu XD
Perasaan janggal saya tersebut juga memberi efek pada penilaian saya terhadap film ini. Saya merasa film ini harus memberikan suatu hal yang unik, bisa membuat saya memaafkan 'keanehan' dan menikmati sepenuhnya.
Oke, kita bahas sedikit tentang cerita di film. Kalau di buku tiap cerita hanya sekadar pelengkap untuk poin yang disampaikan, di sini kisah dari masing-masing orang adalah hal yang paling disorot. Kita diajak mencerna apa yang sedang terjadi dan ikut menilai, "Nah, kalau cowok yang ini tuh gimana ya sama ceweknya?"
Ada empat sampai lima hubungan yang dibahas di dalam film ini. Tokoh utamanya adalah Gigi, yang paling sering salah mengartikan tanda-tanda yang diberikan oleh cowok. Gigi pergi kencan sama Connor dan merasa semuanya berjalan baik tapi gak ada kelanjutan yang positif. Akhirnya Gigi memutuskan pergi ke bar tempat Connor biasa nongkrong dan di sana ketemu dengan Alex yang ngasih tau kalau Connor tuh gak tertarik sama Gigi.
Dan memang benar, karena Connor tertarik banget sama Anna, yang sudah jadi cukup lama berteman dengannya. Connor ingin sekali membawa hubungan tersebut ke tahap pacaran, tapi Anna terlanjur jatuh cinta dengan Ben yang adalah suami dari Janine, teman kantor Gigi.
Ben pada mulanya berusaha tetap setia pada Janine tapi godaan dari Anna nampaknya susah ditolak. Janine pun berusaha sebaik mungkin mempertahankan keutuhan rumah tangganya, termasuk meminta nasihat dari teman sekantornya, Gigi dan Beth.
Beth sendiri merasa bahwa setidaknya Janine sudah mendapat kepastian sementara dia dan Neil, pacarnya selama sekian tahun, malah tidak ada rencana menikah sama sekali.
Ada juga cerita tentang Mary, teman Anna yang berusaha menemukan jodohnya lewat jejaring sosial, tepatnya Myspace yang saat itu sedang hits.
Gaya cerita seperti ini bisa juga kita lihat di film Love, Actually. Bagaimana setiap cerita memiliki benang merah dan keputusan satu tokoh memiliki pengaruh terhadap tokoh yang lain.
Sebenarnya saya termasuk penggemar film yang seperti itu. Sayangnya, film ini tidak berhasil membuat saya benar-benar senang karena saya suka banget sama bukunya. Klasik banget ya masalahnya :|
Saya mengharapkan kisah cinta yang jauh lebih realistis, sementara film ini menurut saya masih banyak manisnya. Jadi gak kena deh sama harapan saya.
Meski demikian, saya tetep aja suka dengan kisah cinta Gigi. So sweet! Mirip sama saya sih, naif gitu *lalu gak ada yang percaya
Tapi saya tidak menyarankan untuk ditonton oleh anak di bawah 17 tahun. Adegan gak bagusnya terlalu mencolok :|
Gak disarankan juga buat ditonton sama pacar (dalam hal ini, cowok) karena yang ada dia bakalan bosen. Saya aja bosen *lah gimana
Nonton aja bareng temen kamu yang baru patah hati, atau lagi jatuh cinta atau lagi mencari jodoh. Jangan ditonton sendiri, karena efek sampingnya gak bagus. Antara bikin gak percaya sama cowok lagi, atau malah terlalu positif, cowok bisa aja berubah. Kok gitu? Tonton aja deh, biar gak penasaran.
Cheers!

0 Comments