[Baca Bareng] Perfect Pain - Anggun Prameswari

 

[caption id="attachment_1764" align="aligncenter" width="318"]27623942.jpg cr: Goodreads[/caption]

Title: Perfect Pain



Author: Anggun Prameswari



Editor: Jia Effendi



Proofreader: Tesara Rafiantika



Layout: Gita Ramayudha



Cover designer: Levina Lesmana



ISBN: 978-979-780-840-2



Publisher: GagasMedia



Paperback, 315 halaman



Published on November 2015



Language: Indonesian



Genre: Romance



Rec. age to read: above 15 y.o



Source: Bought at TGA Arion Mall



Price: Rp 63.000



Book blurb:

Sayang, menurutmu apa itu cinta? Mungkin beragam jawab akan kau dapati. Bisa jadi itu tentang laki-laki yang melindungi. Atau malah tentang bekas luka dalam hati-hati yang berani mencintai.

Maukah kau menyimak, Sayang? Kuceritakan kepadamu perihal luka-luka yang mudah tersembuhkan. Namun, kau akan jumpai pula luka yang selamanya terpatri. Menjadi pengingat bahwa dalam mencintai, juga ada melukai.

Jika bahagia yang kau cari, kau perlu tahu. Sudahkah kau mencintai dirimu sendiri, sebelum melabuhkan hati? Memaafkan tak pernah mudah, Sayang. Karena sejatinya cinta tidak menyakiti.


Ini adalah kali pertama saya membaca novel karya Mbak Anggun walau saya sudah beberapa kali membaca cerpen karya beliau.

Satu ciri khas darinya yang saya suka adalah penggunaan nama Indonesia yang kental. Nama yang diberikan juga cenderung pas dengan karakter dari tokoh di dalam cerita. Sebuah poin tambahan menurut saya, walau agak sepele ya XD



Saya membaca buku ini dalam rangka event Baca Bareng BBI. Sejauh ini tiap bulan Desember, Div. Event akan membuka polling untuk baca bareng. Biasanya, hanya akan dipilih satu judul untuk dibaca bersama. Tapi berhubung buku Perfect Pain sudah dibaca oleh beberapa member, jadinya buku-buku lain yang masuk dalam polling bisa dibaca juga.

Saya termasuk yang memilih Perfect Pain untuk dibaca bareng, jadi tentu saja buku ini yang saya baca. Alasan saya memilih Perfect Pain sebenarnya gak muluk, cuma karena familiar dengan nama penulisnya XD

Gak deh, ada alasan lainnya juga kok. Dari hasil membaca beberapa karya beliau, saya merasa saya bisa 'tahan' membaca novel yang ditulis oleh Mbak Anggun. Jadilah saya pilih buku tersebut dan buku tersebut terpilih sebagai buku 'utama' buat dibaca bareng.

Buku ini saya selesaikan dalam waktu sekitar dua jam, sambil nunggu nyokap lagi perawatan di salon.

Begitu bukunya kelar, yang pengin saya lakukan pertama kali adalah ceritain ulang ke adik saya biar gak lupa. Soalnya kan mau review di akhir bulan, buat posting bareng :P

Tapi selain itu, saya juga pengin cerita karena rasanya kok saya jadi ikutan galau abis baca buku ini ya. Oh ya, saya udah cerita macem-macem di atas tapi belum cerita isi bukunya, ya?

Hmm! Jadi, cerita di dalam buku ini berpusat pada Bi. Cerita dimulai dengan adegan Bi datang ke sekolah karena dipanggil oleh wali kelas Karel, anak semata wayangnya. Karel disebut berkelahi dengan temannya karena teman tersebut meledek lukisan Karel.

Sebagai orang tua, Bi tentu saja tak percaya kalau anaknya bisa bersikap kasar terhadap orang lain. Apalagi, setelah lebih lanjut dibahas, ternyata Bi adalah korban KDRT yang dilakukan oleh suaminya. Hal itulah yang membuat Bi semakin yakin, atau tepatnya tidak ingin, anaknya berbuat jahat kepada orang lain.

Cerita pun bergulir ke keseharian Bi, dimana suaminya mudah marah karena hal sepele. Kalau dulu suaminya selalu memuji masakannya, sekarang masakan Bi tak pernah ada benarnya.

Suami Bi, Bram, selalu merasa bahwa tugas Bi adalah memastikan bahwa segalanya 'beres' di rumah. Apalagi kalau Bram habis mendapat tekanan di kantor. Seluruh bebannya dilimpahkan kepada Bi, dalam artian yang negatif. Bi tidak boleh salah sama sekali.

Karel yang sudah beranjak besar (kelas 6 SD), mulai merasa jengah dengan perilaku ayahnya. Dia ingin menjadi pelindung ibu yang sayangnya tak ingin anaknya mengambil alih tugas tersebut.

Sampai akhirnya rangkaian peristiwa terjadi, mengacaukan semua ritme kehidupan Bi yang 'teratur'. Bermula dari pelarian Karel, berlanjut pada campur tangan Miss Elena, wali kelas Karel. Kemunculan Sindhu, pertemuan kembali dengan ayah dan ibu Bi, dan juga perjumpaan dengan teman-teman di Rumah Puan.

Hidup terus bergerak maju, bahkan cenderung menyeret Bi untuk terus maju dan meninggalkan masa lalunya. Pertanyaannya, sekuat apa niat Bi untuk ikut maju?

Seperti komentar beberapa teman yang sudah membaca buku ini, terus terang saja ceritanya memang menyeret kita untuk menjadi suram. Meski demikian, beberapa aspek dari kehidupan maupun karakter Bi saya rasa ada dalam nyaris setiap perempuan.

Bagaimana kita ingin menjadi sempurna untuk orang yang kita sayang. Bagaimana kita berusaha agar bisa bertahan dalam sebuah hubungan yang kita rasa adalah hubungan terbaik yang bisa kita punya. Bagaimana kita terbuai dengan sebuah pernyataan, "Aku sayang kamu."

Buku ini tidak mengajak kita untuk berhenti percaya pada cinta. Buku ini mengajak kita untuk melihat cinta dalam arti sesungguhnya.

Selain itu, buku ini juga mengangkat aspek KDRT yang sering diabaikan oleh orang, kekerasan verbal. Jangan dikira bahwa KDRT hanya melulu soal pemukulan atau kekerasan fisik. Kekerasan verbal itu dampaknya tidak terlihat dari luar tapi lebih besar kemungkinan memberi efek permanen.

Salah satu hal yang saya pelajari dari novel ini adalah jangan pernah berhenti percaya. Apalagi percaya pada diri sendiri.

Sayangnya, saya mengharapkan ada sedikit penjelasan tentang latar belakang Bram. Memang sulit sih, mengingat Bi saja tidak kenal sama sekali dengan keluarga Bram. Tapi, masa sih gak ada sama sekali yang tahu tentang hal tersebut?

Saya juga kurang sreg dengan kekurang konsistenan Sindhu. Di awal dia digambarkan santai tapi tegas, lama-lama kok jadi gak sabaran :| Entahlah, saya mungkin terlalu menuntut banyak dari Sindhu *halah

Bagaimana pun, tetap saja Sindhu adalah karakter favorit saya. Ganteng, jago bela diri, pengacara yang membela hak yang tertindas, duh... Minta satu dong XD

RATING3

Saya memberikan 3* untuk novel ini karena saya percaya bahwa Mbak Anggun sebenarnya bisa memberi lebih. Mungkin ekspetasi saya ketinggian, tapi saya percaya itu benar kok *lah maksa

Oh ya, ada kalimat yang menggugah hati saya dari novel ini:

"Maafkan dulu semua yang menyakitimu. Maafkan juga dirimu sendiri karena selama ini membiarkan dirimu disakiti." - hlm. 205


Memaafkan memang gak pernah mudah, apalagi memaafkan diri sendiri. Tetap kuat ya #Bi :)

Much love,



book-admirer signature-1

Post a Comment

2 Comments

  1. […] Something New: The Wonderful Story of Henry Sugar, Perfect Pain […]

    ReplyDelete
  2. […] Baca Bareng: Buku Secret Santa – Januari (Perfect Mess), Baca bareng satu judul – Desember (Perfect Pain) […]

    ReplyDelete