Sekali Lagi Tentang Merelakan

[caption id="attachment_2013" align="aligncenter" width="300"] Source: Click image[/caption]

Apa skenario terburukmu tentang kehilangan teman?

Sampai dengan saat ini, saya sudah kehilangan cukup banyak teman. Entah secara sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar. Ada yang terpisah karena jarak, ada yang terpisah karena keadaan, ada juga yang terpisah karena memang harus begitulah adanya.

Waktu saya kecil, saya punya teman dekat yang selalu bersama dengan saya nyaris setiap saat. Seiring berjalannya waktu, seolah ada jarak di antara kami. Saya tidak bisa mengingat apa yang terjadi dan bagaimana ceritanya kami saling menjauh. Yang saya tahu, saya dan dia sama-sama sadar bahwa kami tidak lagi sedekat dulu.

Saat itu, saya merasa mungkin perbedaan gender yang memisahkan kami. Mungkin, lama-kelamaan kami merasa bahwa kami tidak lagi secocok saat kami masih sama-sama kecil.



Kemudian saya mempunyai seorang teman dekat lagi. Berbeda dengan saya yang cupu, teman saya ini tergolong populer. Saya sendiri heran kenapa kami bisa menjadi akrab padahal kami berbeda 'kasta'. Toh nyatanya kami tetap berteman sampai akhirnya kami terpisah perbedaan kelas. Waktu itu di sekolah saya, setiap angkatan ada empat kelas dan saya tidak lagi sekelas dengannya.

Perbedaan gaya hidup dan juga cara berteman akhirnya terasa semakin nyata. Tidak ada yang berusaha di antara kami, untuk menyatukan kembali pertemanan tersebut. Tidak ada juga drama 'perpisahan' di antara kami. Sama seperti sebelumnya, kami sama-sama tahu bahwa kami tidak lagi seakrab dulu.

Beberapa tahun kemudian, saya mempunyai teman yang bersamanya saya juga nyaris melakukan segalanya bersama. Dan, kali ini saya merasa sedikit naif karena mengira bahwa persahabatan kami akan langgeng. Saya merasa bahwa setiap masalah yang muncul di antara kami bisa teratasi karena kami adalah sahabat.

Ternyata, memang hanyalah perkara waktu sehingga akhirnya hubungan tersebut tak lagi terselamatkan. Dia memutuskan bahwa dia tak lagi berminat menjadi sahabat saya. Tentu saja saya harus menerima hal tersebut walau saya terkadang masih merasa, mengapa kami tidak bisa terus berteman?

Pertanyaan tersebut juga saya rasakan terhadap teman yang saya kenal beberapa tahun belakangan ini. Kami memang tidak dekat dalam artian saling bertukar cerita setiap saat. Tapi, saat saya merasa tidak ada yang menghargai pilihan saya, dia adalah salah satu yang tetap mendukung saya walau tak setuju. Membuat saya semakin yakin bahwa dia adalah teman yang baik dan layak dipertahankan.

Sampai akhirnya saya harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ternyata saya tidak mengenalnya secara utuh. Ironisnya, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya benar-benar terkejut. Sebagian diri saya merasa bahwa hal tersebut masuk akal. Saya hanya tidak merasa hal tersebut dilakukan olehnya. Mungkin saya terlalu percaya, mungkin saya tidak mau menerima kenyataan.

Kalau ada yang meragu apakah bisa memaafkan, saya malah tidak tahu apa yang harus dimaafkan. Kecewa? Pasti. Tapi saya merasa bahwa selalu ada alasan dalam setiap tindakan. Saya berusaha bisa mengerti mengapa dia merahasiakan hal tersebut kepada saya. Walau sepertinya memang saya tidak akan bisa mengerti.



Saya percaya bahwa setiap orang yang ada di dalam kehidupan kita memberi pelajaran dan pengalaman tersendiri. Baik atau buruk, semuanya bisa menjadikan kita seorang yang lebih baik lagi hari demi hari.

Tidak ada teman yang sempurna karena memang tak ada manusia yang sempurna. Meski demikian, kita bisa memilih untuk terus belajar. Belajar menjadi teman yang baik, yang termasuk belajar merelakan.

Tidak semua orang akan menjadi seperti yang kita harapkan dan inginkan. Tidak semua orang memiliki pemikiran dan perasaan yang sama dengan kita. Tidak semua orang akan terus ada dalam kehidupan kita.

Mengecewakan kita adalah hal yang mungkin dilakukan oleh semua orang. Yang tidak bisa mereka lakukan adalah menentukan pilihan yang kita buat. Always choose to be happy, always choose to be kind to the others.

Much love,



Zelie ♥

Post a Comment

0 Comments