#TantanganMenulis - Tentang Impian

Saya pernah menuliskan tentang apa saja impian saya beberapa tahun lalu dan juga di profile saya. Kalau kalian sudah membacanya, mungkin kalian akan menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang banyak mau.

Mama saya sering berucap, "Fokus, Zel. Pilih satu apa yang paling disuka dan ditekuni."

Saya percaya bahwa ucapan Mama adalah benar, karena saya sering pusing sendiri dalam mengatur waktu. Saya ingin mewujudkan setiap mimpi. Sayangnya, saya juga sangat mudah terdistraksi oleh hal lain. Iya, saya juga labil.

Tapi saya rasa bukanlah sebuah kejahatan punya impian yang banyak. Yang salah adalah, tidak berusaha sebaik mungkin mewujudkan impian kita.

"Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit", sebuah kalimat yang sering kita dengar saat masih kecil. Saat menjadi dewasa, kita sering mendengar "Selalu ingat dari mana kau berasal." Paradoks, ya?

Mungkin akan ada yang sinis dan berkata, "Anak kecil memang cuma perlu dikasih tau yang 'manis'. Orang dewasa perlu tahu pahitnya hidup." But I don't think so...


Imajinasi seorang anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa. The less you know, the wilder your imagination.

Teori ngasal yang baru saja muncul di benak saya itu berdasarkan pengalaman pribadi.

Waktu saya kecil, saat saya masih belajar konsep benar-salah, baik-buruk, gelap-terang, bisa dikatakan saya tidak punya batasan.

Saya menikmati setiap hembusan angin, tanpa pernah memikirkan rambut saya akan kusut bila tidak diikat saat bersepeda. Saya menikmati setiap tetes hujan yang turun, gak terlalu mikirin flu yang mungkin menyerang saya. Saya membaca setiap buku yang saya temukan, nyaris tanpa pertimbangan.

Saat masih kecil, kita melakukan suatu hal karena kita ingin.

Saat saya beranjak dewasa, saya belajar tentang gagal-berhasil, menang-kalah, lalu yang paling mengena dalam pelajaran hidup saya adalah tentang kebersamaan dan kehilangan.

Saya menulis dengan harapan bahwa apa yang saya tulis akan disukai oleh orang lain. Saya membaca buku yang saya harap bisa menghibur saya. Saya menatap hujan dengan rasa bahagia sekaligus cemas, apakah saya bisa pulang/pergi dengan nyaman dalam keadaan hujan?

Semakin kita tumbuh dewasa, kita melakukan suatu hal dengan harapan bahwa semua akan berjalan sesuai rencana. Jika tidak, maka kita akan merasa kesal, putus asa dan bahkan merasa apa yang kita lakukan sia-sia.

Padahal, kita tidak akan pernah berhenti belajar dalam hidup.

Saat masih bayi, kita tidak tahu cara berjalan, bicara, bahkan kita hanya tahu minum ASI/susu (kecuali kamu seperti Benjamin Button, ikywim)

Ada yang saat belajar, semuanya mulus (A-straight student) dan ada juga yang harus berjuang keras untuk bisa naik ke level berikutnya. Entah mulus atau terseok-seok, semua yang kau perjuangkan dengan sepenuh hati akan berbuah manis selama kau terus percaya.

Penjelasan panjang di atas sebenarnya lebih ke upaya saya meyakinkan diri sendiri, bahwa saya harus terus berusaha mewujudkan setiap impian saya.

Saya ingin terus menulis dan tentu saja menulis dengan lebih baik lagi. Saya ingin kembali mengajar anak-anak, belajar bersama dengan mereka untuk berbahagia. Saya ingin melancong, ke mana saja, sejauh mungkin. Saya ingin memiliki rumah seperti impian saya. Saya ingin menikmati setiap waktu yang saya punya bersama dengan orang yang saya sayang.

Saya ingin berbahagia dengan apa yang saya lakukan dan apa yang saya punya.

Saya punya banyak sekali impian. Saya belum berencana untuk menguranginya. Saya malah terus menambahkannya dengan yang baru.

Saya tidak bisa memilih apa impian terbesar saya, karena semuanya terasa 'besar' dan penting buat saya.

Meski begitu, saya cukup sering mendengar bahwa impian yang besar memang akan terasa menakutkan. Terasa demikian karena kau sangat menginginkannya.

Cobalah bayangkan, seberapa bahagianya kamu kalau akhirnya impianmu yang terasa menakutkan (bahkan kau rasa tak mungkin terwujud!) akhirnya menjadi nyata.

Ya, saya pun tersenyum saat membayangkannya.

Love,



Zelie



#TantanganMenulis



—ditulis untuk #TantanganMenulis | Tema: Impian

Post a Comment

7 Comments

  1. Semangat menulis dan berbagi informasi :)

    ReplyDelete
  2. Yeay! Makasih sudah mampir. Ikutan yuk :)

    ReplyDelete
  3. Imajinasi seorang anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa. The less you know, the wilder your imagination.


    ^
    suka kalimat itu :3

    ReplyDelete
  4. […] Hari ini Austin dalam bukunya mengingatkan untuk tidak meninggalkan impian kita. Seolah menegaskan apa yang saya tulis tentang impian. […]

    ReplyDelete
  5. Saat masih kecil, kita melakukan suatu hal karena kita ingin.

    hmm.. bener juga ya.. kalau sekarang mungkin lebih sering karena 'harus' atau karena itu yang 'diharapkan' untuk dilakukan.. *hmm*

    ReplyDelete
  6. Iya, saat menjadi dewasa, kita gak 'sebebas' waktu masih kecil. Ah, kangen masa kecil, ya? :">

    ReplyDelete