Untuk menuju ke tempat kami sea walking, kami harus naik perahu terlebih dulu. Saya kira hanya kami berdua, ternyata ada lima orang lain yang juga bergabung dengan kami. Satu keluarga yang terdiri dari empat orang, kemudian ada satu orang wanita.
Saya dan Baby menyewa kamera untuk digunakan berfoto di dalam air. Tentu saja kami perlu test kamera sebelum sampai.
Setelah tiba di tempatnya, kami dipersilahkan turun secara teratur. Kemudian seorang lelaki menyapa dan bertanya apakah kami berenam satu rombongan. Saya lalu menjawab bahwa saya berdua dengan Baby, mbak yang satu lagi sendiri dan empat orang lainnya satu keluarga.
Pemandu lalu berkata bahwa kalau begitu saya, Baby dan mbak satu lagi, —uhm, kita panggil Mbak Lala aja ya—, akan turun lebih dulu.
Pemandu kami tidak sendirian, ada sekitar empat orang. Salah satu dari mereka lalu memberi penjelasan singkat tentang apa yang harus kami lakukan.
Pertama adalah kami harus mengenakan helm dan bernafas seperti biasa. Ada tangga kecil di samping perahu yang akan kami gunakan untuk turun. Kami harus turun sambil menghadap ke arah badan perahu. Setelah badan kami sudah berada di dalam air dan tinggal kepala yang masih muncul di permukaan, maka kami harus memegang besi di helm. Besi tersebut mirip pegangan, di dekat mulu, dan berfungsi agar kita bisa mempertahankan helm tersebut (menurut saya, entahlah bener atau gak *lah). Tapi, begitu sudah di dalam air, kita harus melepaskan genggaman kita dari besi tersebut dan bernafas seperti biasa.
Pemandu mengingatkan bahwa kita akan merasakan telinga berdenging, seperti saat sedang naik pesawat. Cara mengatasinya adalah kita bisa menguap atau memencet hidung sambil mencoba menghembuskan nafas. Cara kedua biasanya memberi efek terasa udara keluar dari telinga. Kalau tidak salah ada cara lain yang disebutkan pemandu, tapi saya lupa XD
"Di dalam air, kita tetap perlu berkomunikasi. Tapi tidak bisa lewat suara, kan? Jadi saya akan kasih tau kode-kode yang bisa digunakan untuk komunikasi kita nantinya."
Ternyata untuk sea walking pun kita perlu kode :|
Kode apabila kita ada masalah adalah jari dirapatkan lalu pergelangan tangan digerakkan diagonal kiri-kanan. Kebayang, gak? Iya, saya pun bingung jelasinnya XD
Jika kita mau kasih tau ada masalah dengan pernapasan, tunjuk ke arah dada. "Kayak Cita Citata, kasih tahu, sakitnya tuh di sini..."
Lalu mulailah choir "Sakitnya tuh di sini, di dalam hatiku..."
-____-
Lanjut lagi, kode apabila kita minta naik ke atas adalah mengancungkan jempol ke atas.
Jika semua dalam keadaan baik atau sudah stabil, kita membentuk 'O' dengan merapatkan telunjuk dan jempol. Seperti saat kita mau bilang, "Oke!"
Kami lalu dipandu untuk mulai masuk ke dalam air. Saya masuk lebih dulu daripada Baby dengan sedikit deg-degan, mengingat saya sedang flu. Sepertinya saya bakal merasakan sakit yang hebat di telinga.
Benar saja, saat saya masuk ke dalam air, telinga saya rasanya seperti ditusuk-tusuk. Saya mencoba menguap, memencet hidung, gagal semua.
Saya pun memberi kode bahwa ada masalah. Saya tidak ingat bahwa saya harus memberitahu masalah di mana. Yang jelas saya cuma minta naik ke atas.
Pemandu saya malah memberi kode "Oke", bertanya jika saya sudah lebih baik.
Duh, rasanya saya pengin guncang-guncang badannya saat itu. "Orang mau naik malah dibilang oke!"
Tapi, lagi, saya sedang sibuk menahan sakit dan gak tau lagi musti gimana.
Saya gak ingat dengan jelas apa yang terjadi selanjutnya. Yang jelas, akhirnya saya dibawa naik kembali ke atas perahu.
"Kenapa?" tanya salah satu pemandu dengan heran.
Saya cuma menggumam tak jelas, menunjuk kuping saya. Kalau saya tak salah ingat, saya memang sudah menyebut bahwa saya sedang flu.
Pemandu bertanya apa saya masih merasakan sakit di telinga dan saya mengangguk. Saking lemasnya, saya hampir saja tidak mau lagi masuk ke dalam air.
Lalu saya mendengar Baby diminta turun lebih dulu, selagi menunggu saya lebih baik. Adik saya itu menolak, sepertinya dia panik juga melihat saya yang sudah lemas. Yah, kakaknya ini memang sedikit lebay juga, sih. Jadi wajar kalau Baby panik *poker face
Saya bilang kalau saya akan turun, segera setelah saya membaik. Baby masih gak mau, katanya dia mau tunggu saya siap dulu.
Salah satu pemandu akhirnya bertanya apakah saya punya sinus. Saya jawab tidak.
Saya kemudian diminta memencet hidung sementara dia menggosok-gosok kuping saya. Ajaib, saya merasa lebih baik.
In case you wonder... gak, gak terjadi apa-apa selanjutnya di antar saya dan sang pemandu. Walau mungkin bisa aja sih jadi ide untuk FTV *ditabok
Baby bertanya untuk memastikan apakah saya sudah lebih baik dan saya jawab iya. Barulah dia setuju untuk turun.
Pemandu pun sudah berjanji bahwa saya akan dibawa turun secara bertahap, memastikan saya sudah benar-benar baik.
Kali kedua saya turun sudah lebih smooth. Gak ada drama berarti kayak sebelumnya. Awalnya saya diajak 'main-main' dengan ikan sebelum akhirnya saya dibawa turun lebih dalam untuk ketemu Baby.
Oh ya, saya kira di dalam air, kami akan selfie, ternyata pemandu yang akan membantu mengambil gambar. Tugas peserta adalah berpose sebaik mungkin, sebaik-baiknya yang bisa kamu lakukan di dalam air. Ya kan?
Saya diberikan sebuah kantong plastik berisi roti tawar. Saya sudah lihat sebelumnya saat masih di perahu dan saya heran. Memangnya saya akan disuruh piknik gitu, di dalam air?
Terus saya pikir, ah gak lah, mungkin ini buat makan siang para pemandu. Biar mereka gak kelaperan, bengong saat terombang-ambing di tengah laut sambil nunggu para sea walker.
Melihat saya kebingungan memegang kantong tersebut, pemandu membuat lubang sedikit di plastik dan mengarahkan saya mendekat ke ikan.
Hoalah, ternyata rotinya buat dikasih ke ikan :|
Entah saya yang terlalu bersemangat atau bagaimana, roti tersebut langsung berhamburan dan tidak banyak ikan yang mendekat ke saya. Mereka bisa menikmati rotinya walau jauh dari saya, sih. Hiks...
Sementara Baby, rotinya masih sedikit tersisa di dalam plastik sehingga ada ikan yang datang untuk mencomotnya. Lucu, deh. Roti menjutai keluar plastik dan ikan 'mematuknya'.
Beberapa kali pemandu kami mengarahkan kami untuk bergaya. Terlihat bahwa dia berusaha agar kami mendapatkan momen yang bagus, saat ada banyak ikan di sekitar kami. Tentu saja itu sedikit sulit karena kami gak bisa mengatur ikan.
Yang terjadi adalah, kami menghabiskan sekian menit dengan senyum-senyum sambil berharap bahwa foto yang dihasilkan oke.
Posenya mah jangan ditanya. Berhubung pijakan kami agak licin, kami cenderung gak mau melepaskan pegangan. Di dalam air itu memang ada semacam pijakan untuk kita berjalan dengan nyaman dan juga pegangan supaya tidak tergelincir.
Walau kadang saya gemes juga sih, pengin banget bisa megang ikan secara langsung. I really wish they were dolphins :(
Meski begitu, tetap saja saya senang banget bisa melihat ikan dari dekat seperti itu.
[gallery type="slideshow" size="large" link="none" ids="1825,1824,1823,1822,1821,1820,1819,1818,1817,1816,1815"]
Saat di dalam air, saya sangat bersyukur saya tidak membatalkan niat saya untuk masuk lagi. Soalnya, begitu sudah terbiasa, saya malah jadi enggan untuk naik. Kalau kata Mput: cewek. XD
Untung juga bokap gak ikutan ke tempat kami sea walking. Kalau gak, begitu melihat saya panik begitu, bokap bisa lebih panik lagi :P
Jadi, apakah saya akan melakukan sea walking lagi? Tentu saja! Walau, penginnya sih, bukan sekadar sea walking. Mungkin diving?
Semoga saja cepat terwujud ;)
Cheers!
Zelie ♥
4 Comments
aaaakkkuuuuu pengeeeeennnn nyobaaaaaaaa...
ReplyDeleteAyoo dicoba, Kak. Seru, lho XD
ReplyDeleteWuih, seru pakai dewa ini! Foto-fotonya juga keren-keren. Pengen nyobaaa *ngemeng ala-ala game GetRich xD*
ReplyDeleteDan... Amin. Semoga segera terwujud itu harapan untuk divingnya :D Dan siapa tahu saat diving ketemu lagi sama si pemandu, dan di pertemuan tersebut terjadi sesuatu... kayak semisal jadi teman :p
Fotonya diambil sama mas pemandu, jadi sepertinya sudah terlatih ya :P
ReplyDeleteHahaha, iya, semoga nanti ketemu pemandu yang baik semacam yang kemarin lagi XD