
Title: Through the Woods
Author: Emily Carroll
Publisher: Simon & Schuster
Language: English
Genre: Horror, Young Adult
Rec. age to read: above 12 y.o
Source: Office’s Library
Price: Rp 222.000 (OpenTrolley, 5 Nov. 2014)
'It came from the woods. Most strange things do.'
Five mysterious, spine-tingling stories follow journeys into (and out of?) the eerie abyss.
These chilling tales spring from the macabre imagination of acclaimed and award-winning comic creator Emily Carroll.
Come take a walk in the woods and see what awaits you there...
Saat teman saya mengusulkan buku ini untuk mengisi perpustakaan kantor, secara mengejutkan saya tertarik. Padahal biasanya saya agak takut baca buku horor dan menghindar. Tapi, saya pengin baca buku ini saat sekilas melihat preview dan juga website sang penulis.
Hasilnya? No regret at all.
Alasan pertama saya gak mau baca horor adalah saya takut, dan saya memang tetap merinding saat membaca buku ini.
Alasan kedua, saya suka sebal dengan cerita horor yang seringnya gak jelas, maksa, seolah gak beralur dan jadinya malah banyak bikin bingung plus kesel. Bukannya berasa ketakutan, saya malah jadi jengkel. Jadi songong XD
Ada lima cerita dalam buku ini, selain introduction dan conclusion. Setiap cerita punya kelemahan buat saya, kecuali satu cerita yang semuanya terasa masuk akal. Tapi, bukan cerita itu yang menjadi favorit saya.
Dua cerita yang saya favoritkan adalah cerita keempat dan kelima, "My Friend Janna" dan "The Nesting Place". Keduanya mempunyai efek khusus buat saya yang melankolis.
"My Friend Janna" bercerita tentang dari sudut pandang Yvonne, seorang gadis yang memiliki teman bernama Janna. Yang orang tahu, Janna memiliki kemampuan untuk berbicara dengan orang yang sudah tiada. Yang Yvonne tahu, Janna adalah temannya yang baik.
Hal yang saya suka dari cerita tersebut adalah saya bisa merasakan ketakutan dan kegalauan Yvonne. Secara tidak langsung, dia yang menyebabkan Janna terjebak dalam 'masalah' dan wajar saja kalau dia terjebak dalam penyesalan.
Kalau saya adalah dia, saya mungkin akan terus terjebak dalam pertanyaan, "Kenapa saya tidak melakukan sesuatu, lebih cepat?"
Sementara "The Nesting Place" bercerita tentang Bell, bocah yang tinggal di asrama dan dijemput untuk berkunjung ke rumah tunangan kakak lelakinya. Awalnya, saya agak sebal dengan tingkah Bell yang menurut saya gak tahu diuntung. Terlalu sinis.
Tapi di bagian akhir, saya salut dengan keberanian Bell. Semoga dia selalu menjadi berani dan kuat *pukpuk Bell.
Yang saya anggap pas dalam hal cerita adalah "A Lady's Hands are Cold". Semuanya masuk akal dalam artian, ya...saya bisa menerima hubungan sebab-akibat yang terjadi.
Bercerita tentang seorang gadis yang menikah dengan seorang pria, tinggal di sebuah rumah yang indah. Tapi sayangnya, setiap malam ada suara aneh yang terus mengganggu tidur malam si wanita.
Ngeri? Banget. Nekat bener pula si wanita itu :|
Walau saya memang akan melakukan persis seperti yang wanita tersebut lakukan saat mendengar suara aneh tersebut. Mungkin karena itu saya menganggap cerita ini paling masuk akal.
Secara keseluruhan sih, saya suka banget sama buku ini. Aneh ya, saya yang takut baca horror malah kesengsem baca buku ini. Bisa jadi ada hubungan dengan saya memang suka membaca graphic novel (dengan ilustrasi yang saya suka, tentunya!).
Tertarik untuk lihat-lihat karya Emily Caroll? Cek di websitenya juga bisa! Silahkan klik di sini.
Rate:

1 Comments
[…] sudah review buku Through the Woods di sini. Silahkan dibaca, ya […]
ReplyDelete