Saya sudah pernah mencoba ketiganya dan paling menikmati perjalanan dengan kereta. Buat saya, jalan-jalan dengan menggunakan kereta itu romantis. Biar lambat asal selamat.
Sehari-hari, saya berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil. Terus terang, saya iri kepada orang yang bisa berangkat ke kantor dengan menggunakan transportasi umum.
Apa enaknya coba, harus terjebak kemacetan, ngedumel, capek dan stress? Sayangnya, kalau saya harus naik kendaraan umum, ongkosnya jauh lebih besar. Gak ada angkutan umum ke daerah rumah saya, sehingga saya harus naik ojek ke jalan raya dan itu yang bikin ongkos jadi mahal.
Kakak saya, yang tinggal sekompleks dengan saya, kebetulan bekerja di daerah Sudirman dan sehari-hari berangkat dengan menggunakan commuter line.
Jumat yang lalu, 21 Nov. 2014, saya ditugaskan cielah untuk ke Menara BCA. Mama menyarankan agar saya pergi dengan kakak, biarpun saya mulai kerja jam 10 pagi dan Kakak berangkat jam 6 pagi. Sudah pasti saya akan kepagian.
Tapi saya pikir tidak apalah, daripada saya harus keluar biaya ojek atau kakak ipar harus mengantarkan saya dan kakak saya secara terpisah *eh kok kayak barang ya :|
Akhirnya, saya janjian sama Kakak untuk berangkat bareng. Saya sudah diingatkan agar bangun pagi karena Kakak harus masuk kantor jam 8 pagi.
Jumat, jam setengah tujuh pagi, saya keluar apartemen dengan terseok-seok. Ngantuk :(
Ternyata kami harus antar ponakan ke sekolah dulu, baru berangkat ke stasiun Bojong Indah. Setibanya di Bojong Indah, Kakak menawarkan mampir ke minimarket. Saya beli roti yang beli satu gratis satu dan susu dengan promo yang sama *penting untuk disebutkan
Oh ya, karena di pintu tertulis minimarket dibuka jam 7 sementara jam di tangan saya menunjukkan masih ada 10 menit sebelum jam 7, saya pun bertanya ke mbak penjaga toko yang lagi terbenam di antara dus-dus.
Zelie: "Mbak, udah buka belum, sih?"
Mbak: "Emangnya kenapa ya, Mbak? Mau ngapain?"
Zelie: "Mau belanja."
Mbak: "Oh..."
Lalu mbak itu membenamkan dirinya kembali ke dalam dus.
*backsound: Sakitnya tuh Di Sini
Padahal si mbak bisa aja langsung bilang kalau belum buka. Kalau dicuekin semacam itu kan serasa di-Read aja pesannya. Gak ada penjelasan, gak ada kepastian. Sakiiit! #bukancurhat #percayalah
Tapi tetap saja saya beli roti dan susu seperti keterangan di atas. Kakak saya menyuruh saya cepat-cepat karena kereta dijadwalkan datang jam 7 lewat 5 menit.
Kakak menyuruh saya mengeluarkan Flazz untuk ditempelkan ke mesin sebelum masuk ke peron. Ternyata gagal, padahal gak mungkin banget saldo Flazz saya kurang. Secara saya anak yang rajin mengisi Flazz.
Maklum, Flazz yang saya gunakan juga berfungsi sebagai kartu member Gramedia, sehingga saya bisa dapat diskon 10% kalau belanja buku. (note: GAK YA, SAYA BUKAN NERD!)
Rupanya saya harus mengaktifkan kartu terlebih dahulu. Jadilah saya nyebrang ke loket tempat pengaktifan sambil misuh-misuh. Gak susah sih, cuma tinggal tempel kartu ke kotak berwarna orange sampai muncul saldo saya. Beres!
Saya menunggu kereta datang sekitar 5 menit sambil menguap. Masih ngantuk T.T
"Eh, siap-siap nyelip. Biasanya sudah padat, lho," Kakak berbaik hati memberi wejangan yang sebenarnya sudah cukup sering saya dengar.
Secara kembaran saya, Mput, sering cerita dia akan menjelma jadi sarden kalengan kalau berangkat/pulang.
Tapi saat kereta datang dan pintu terbuka di depan saya, yang pertama saya lakukan adalah melongo :O
Ngek, bener-bener padet! Kakak saya langsung nyempil gitu aja, sementara saya butuh sekian detik untuk mencerna, di mana saya harus nyempil.
Akhirnya saya pasrah aja, PLUK! Saya ,literally, menghempaskan tubuh ke lautan manusia itu. Biarlah alam yang menentukan bagaimana wujud akhir saya setelah keluar dari kereta :|
Selama menanti tiba di stasiun Duri, saya sudah keleyengan. Saya membayangkan akan mengalami penyiksaan yang lebih heboh saat menuju Sudirman.
Tiba di stasiun Duri, kami berganti kereta. Ternyata kereta ke arah Sudirman lebih bersahabat daripada kereta dari arah Tangerang. Setidaknya keretanya lebih bersih dan juga tidak terlalu padat. Terbukti saya bisa membaca buku selama perjalanan yang memang tidak terlalu lama itu.
Tiba di stasiun Sudirman, Kakak memberitahu saya harus keluar ke arah yang berbeda dengannya. Dia mengajarkan agar saya turun, puter balik, bla bla bla... Saya sudah lupa instruksi jelasnya, yang pasti saya harus keluar dan menemukan Kopaja ke arah HI.
Saya sempat bertanya ke Pak Polisi yang saya temui, dan dia bilang kalau saya bisa jalan kaki saja. Tapi saya lebih percaya Kakak daripada polisi. Dan akhirnya saya kena getahnya, saya harus berjalan lebih jauh dan bayar Rp 4.000 pula. Ini semua gara-gara harga BBM naik :| #iyainaja
Saya gak pinter menjelaskan lewat kata-kata kalau soal tempat, jalan, dan semacamnya. Jadilah saya
Kalau kalian gak kebaca tulisan di atas, harap maklum dan ikhlas, ya. Saya udah mulai putus asa foto tulisan saya sendiri :|
Saya tiba di Menara BCA sekitar jam 8. Saat saya masuk ke gedung, saya berasa sedang bubaran sekolah. Rame banget!
Eh tunggu, mungkin lebih tepatnya seperti saat jam masuk sekolah.
Berhubung saya biasa mulai kerja jam 10, saya jadi terkaget-kaget. Aneh rasanya, apalagi saat saya baru ngeh kalau kantor saya baru buka jam 9. Saya berasa seperti karyawan yang terbuang :|
Sambil menunggu kantor buka, saya memutuskan untuk cari tempat duduk. Tadinya mau ke J.Co/Starbucks, tapi separuh jalan ke Grand Indonesia, sepertinya masih gelap. Akhirnya saya cari tempat duduk yang nyaman dan melanjutkan baca buku.
Yah, sambil bertukar pesan dengan teman kerja supaya dia cepat datang dan saya gak bengong sendirian.
Berhubung perjalanan pergi saya cukup menyenangkan, saya janjian juga sama Kakak buat pulang bareng. Kakak pulang jam 4.15 dari kantor, tapi saya minta agar menunggu sebentar di stasiun karena saya baru pulang jam 5. Saya juga harus jalan kaki dulu ke stasiun.
Sorenya, saya sedikit tergesa berjalan ke stasiun karena kakak sudah mengirim pesan. Mengingatkan saya agar bergegas, kereta ke arah Bogor baru saja lewat. Biasanya, kereta tujuan Duri akan lewat tak lama setelahnya.
Dasarnya saya memang sering buta arah, saya muncul di peron yang salah. Untunglah saya sempat melihat petunjuk dan segera menyebrang ke peron yang benar.
Kakak saya mengirim pesan, bertanya saya di mana. Saya bilang kalau saya tadi salah peron. Saya celingukan mencarinya di tengah lautan manusia yang cukup bikin saya ngeri. Rame banget!
Kakak memanggil, dia di barisan paling depan. Untung saja tidak ada yang protes saat saya menyalip, menghampiri Kakak. Kalau gak mungkin saya udah mewek :( *ndusel manja *ditabok
Beberapa kali kereta ke arah Bogor lewat dan kereta yang saya tunggu tidak juga muncul. Kakak sibuk mengipas, sementara saya malu buat mengeluarkan kipas saya yang berukuran mini. Hanya seperempat ukuran kipas Kakak. Nanti dibilang sok imut.
Karena panas tapi terlihat langit mendung, saya menggulung rambut dan menyelipkan ke topi yang saya pakai. Siapa tahu ternyata hujan turun, kepala saya masih terlindung.
Saya tidak terlalu memperhatikan jam, tapi sepertinya kereta baru muncul sekitar jam 6 sore. Segera saja orang berebut masuk ke dalam, termasuk saya dan Kakak.
Di dalam kereta sangatlah becek. Kemungkinan di stasiun sebelumnya hujan deras sudah turun, sehingga masuk ke gerbong. Atau mungkin pengaruh penumpang yang kena hujan, bawa payung atau semacamnya. Pokoknya becek, jadi licin dan harus ekstra hati-hati.
Begitu sampai di stasiun Duri, perjuangan masih berlanjut. Saya baru ngeh kalau ternyata secara berkala petugas mengumumkan status terakhir dari kereta untuk setiap rute.
Saat mendengar bahwa kereta dari Tangerang baru menuju ke Kalideres karena terlambat berangkat, terdengar keluhan dari para calon penumpang.
Kata Kakak, kalau dari Kalideres ke Duri sekitar 20 menit. Huft.
Lalu tak lama saya mendengar bahwa kereta sudah berjalan dari stasiun Pesing.
Kata Kakak, itu gak mungkin. Pasti petugasnya salah ngomong. Dan benar saja, dasar petugas PHP, keretanya masih jauh :|
Tapi kabar baiknya, kereta berikutnya sudah ikut bergerak, tak lama berselang setelah kereta yang dinanti.
Saat kereta tiba, semua langsung bergerak maju. Di situlah saya shock dengan kelakuan para calon penumpang. Saya tahu, sadar dan ikut merasakan kelelah menunggu kereta. Tapi seriusan deh, barbar abis!
Dan yaa, benar, yang ganas malahan yang cewek-cewek. Tsk!
Sebelum kereta tiba, ada seorang bapak yang bertanya ke Kakak soal kereta ke arah Kalideres. Stasiun sebelum, sesudah, pokoknya semacam itu. Sepertinya bapak itu baru pertama kali ke Jakarta atau daerah Tangerang.
Dia bersama dengan beberapa temannya dan mereka sibuk bertanya ke beberapa orang lain juga, untuk informasi lengkap. Saat ada pemberitahuan kereta sudah hampir masuk stasiun, tiba-tiba muncul cewek yang menubruk bapak tersebut, berlari ke seberang.
Ampun, deh! :|
Lalu saat seorang bapak hendak keluar dari kereta, ada cewek yang gak sabaran dan mendesak masuk. Akhirnya mereka berdua sama-sama jatuh. Hadeh.
Intinya, kemarin saya merasakan betul kalau cewek jauh lebih galak daripada cowok. Saya harus akui memang benar ada cowok yang masih gak peduli buat kasih duduk ke cewek.
Tapi cewek juga banyak banget yang gak ada respek atau simpati ke orang lain, bahkan ke sesama cewek. Mungkin sering ada PMS berjamaah :|
Saat sampai di rumah, Mama bilang kalau memang hari itu ada gangguan untuk kereta. Di Manggarai kalau gak salah. Berimbas ke jalur-jalur lainnya.
Saya sedang kurang beruntung, menikmati Jumat malam yang harusnya ceria dan tenang dengan pengalaman yang gak asyik.
Kalau ditanya lagi apakah saya mau naik CL untuk berpergian, saya tidak terlalu yakin akan menjawab iya. Buat saya, berpergian bukan hanya soal cepat, tapi lebih ke soal nyaman.
Mungkin kalau rame-rame bersama teman, saya masih mau. Kalau sendiri sih, jelas OGAH.
Saya masih cinta kereta, tapi untuk perjalanan jauh, gak buat perjalanan dalam kota seperti ini.
Semoga saja kali berikutnya saya naik kereta, sudah jauh lebih baik dari sekarang.
Cheers!
♥ Zelie ♥
0 Comments