Semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita selalu berhubungan dengan cinta. Segala sesuatu yang kita lakukan selalu berdasarkan cinta.
Tidak percaya?
Coba dipikirkan kembali.
Saat kita bangun di pagi hari, kita yang mencintai pekerjaan akan segera berpikir apa yang harus dilakukan di kantor pagi ini. Untuk yang mencintai makanan sehat akan segera menyiapkan sarapan sehat. Bagi yang sedang kasmaran, akan segera mencari yang tersayang. Sedangkan yang mencintai Tuhan, akan segera menyapa-Nya.
Lalu kalian akan tertawa, karena kebanyakan dari kita mengecek gadget saat pertama kali membuka mata. Lebih sayang Pou daripada pacar. Lebih peduli ngisi boat HayDay daripada ngisi perut sendiri.
Tapi tenang saja, saya gak akan menghakimi kalian soal kecintaan terhadap dunia maya karena saya pun gak jauh beda dengan kalian. *lalu dihajar massa
Anyway, saat ini saya tidak sedang ingin membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut. Biarlah itu kembali ke perenungan pribadi. Yang hendak saya sampaikan adalah rasanya sangat janggal apabila kita berani menyebut bahwa kita tak percaya cinta.
Padahal semua yang kita lakukan, adalah karena cinta.
Seperti contoh yang saya sebutkan di atas, setiap pilihan, keputusan, tindakan, perkataan yang kita lakukan adalah karena cinta.
Saya ingin pergi ke Kiluan karena cinta saya pada lumba-lumba. Saya ingin menonton konser di Vienna karena cinta saya pada David Garrett. Saya ingin menulis karena cinta yang begitu banyak di sekitar saya, dalam diri saya dan dari orang lain untuk saya.
Saya selalu terkagum-kagum melihat orang yang sangat mencintai apa yang dia lakukan. Saya ingin menjadi bagian dari itu.
Saya selalu terpesona saat mendengarkan orang bercerita tentang cinta. Cinta pada anaknya, bukunya, hewan peliharaannya, alat musiknya, software ciptaannya, apapun itu.
Apa pernah kalian melihat orang yang seperti itu? Coba saja lihat bagaimana mata mereka bersinar, intonasi bicara berubah menjadi bersemangat, gesture tubuh pun jadi jauh lebih bersahabat. Semua karena cinta.
Termasuk saat pasanganmu menatapmu, selama kamu tidak dibutakan oleh cinta, kamu bisa dengan jelas membedakan apakah dia sungguh sayang padamu atau tidak. Itulah mengapa disebut dari mata turunnya ke hati. Walau sekarang banyak yang mengartikan dan menerapkannya jadi 'kalau-cakep-ya-aku-jatuh-hati'. Eh atau memang artinya yang benar malah itu? Well, mari anggap saja arti saya yang lebih benar.
Saat melihat cinta di matanya, hati kamu pun akan berdesir (#tsah). Dan itu hanya berlaku kalau kamu juga sayang padanya. Kalau gak, ya pastinya kamu malah jadi ingin menyingkir. Atau menyuruhnya menyingkir dari hadapanmu.
Salah satu sebab saya sangat senang mengajar anak TK adalah kepolosan mereka. Tidak peduli seberapa 'cepat dewasa' anak jaman sekarang menurut orang lain, saya selalu percaya bahwa mereka jauh lebih mudah dimengerti daripada orang dewasa. Mereka pun sangat mudah mengerti, menerima dan menyampaikan ekspresi cinta.
Zaman sekarang, romantis itu menjadi semacam olok-olok. Salahkan mereka yang menjadikan cinta sebagai dagangan.
Padahal, cinta tidaklah sedangkal yang selama ini selalu dianggap orang. Cinta, adalah alasan kita ada dan masih ada di dunia ini.
0 Comments