Buku Jalan-Jalan [1] Autumn in Paris

Hi there!

Selamat datang di posting pertama saya dalam proyek "Buku Jalan-jalan" bersama Kak Ira. Seharusnya review ini saya post sejak akhir Mei lalu, tapi karena satu dan lain hal saya jadi terlambat sekian hari, huhuhu! Semoga untuk bulan ini bisa tepat waktu untuk posting barengnya :D

Proyeknya sederhana saja, yaitu kami saling meminjamkan buku koleksi masing-masing dan (rencananya, tapi saya yang lelet *ngumpet) posting bareng hasil baca bareng itu. Berhubung kami tinggal di pulau yang berbeda, jadilah kami sepakat memberi nama proyek ini "Buku Jalan-jalan". Bukan kaminya sih yang jalan-jalan, tapi bukunya aja XD

Nah, untuk yang pertama, saya pinjam Autumn in Paris karya Ilana Tan ke Kak Ira, berikut ini reviewnya.








Title: Autumn in Paris



Author: Ilana Tan



Publisher: PT Gramedia Pustaka Utama



Paperback, 272 pages



Published on July 2007



ISBN-13: 9789792230307



Language: Indonesian



Genre: Romance



Rec. age to read: Above 15 y.o



Source: Buku Jalan-jalan



Price: Rp. 32.725 (bukukita, per 22 June 2014)



Blurb:

Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.

Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya… juga mengubah dunianya.

Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya… Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup...

Seandainya masih ada harapan - sekecil apa pun - untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu...

Tara, seorang penyiar radio yang ceria. Tatsuya, seorang arsitek (atau insinyur? saya sedikit lupa ._.) yang cenderung pendiam.

Tara mengenal Tatsuya lewat Sebastien, teman akrab Tara. Awalnya Tara tidak terlalu peduli terhadap Tatsuya. Tapi saat mendengar kisah seorang pria mengirimkan kisahnya ke radio tempat Tara bekerja, Tara curiga bahwa sang pengirim adalah Tatsuya.

Tatsuya (dalam samarannya) menyebut bahwa dia tertarik dengan seorang gadis yang dia temui di bandara. Hmm, tidak mungkin itu Tara karena dia baru bertemu dengan Tatsuya saat bersama Sebastien.

Tara pun penasaran, siapa gadis misterius itu? Semakin Tatsuya merahasiakan, semakin penasaran pula dia.

Oh ya, Tara dan Tatsuya bertemu lagi saat Tara sedang bete dengan Sebastien.

Tara itu sangat manja kepada Sebastien yang menganggapnya seperti adiknya sendiri. Dia sudah terbiasa mendengar Sebastien berganti teman kencan, tapi saat tahu Sebastien berniat serius pada satu wanita, mau tak mau dia sedikit merasa terusik. Apalagi Sebastien mengabaikannya untuk bertemu wanita itu.

Untungnya ada Tatsuya yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Tara menikmati kebersamaannya dengan Tatsuya. Apakah itu berarti dia jatuh cinta? Atau, dia hanya merasa nyaman padahal hatinya tertuju pada Sebastien?

Sayang, masalah yang mereka punya tidaklah sesederhana itu.

"Jangan marah padaku, kalau

aku menangis sekarang." Ia menggeleng. "Biarkan aku menangis. Hari ini saja."




 

Sepertinya saya salah membaca buku ini setelah membaca Winter in Tokyo dan Summer in Seoul. Seperti pendapat beberapa orang lain, saya merasa buku ini kurang "berasa" Prancis-nya.

Saya masih merasakan adegan-adegan drama Asia di sini. Yah, mungkin ada hubungan dengan kenyataan bahwa tokoh utama cowoknya adalah Tatsuya, cowok kelahiran Jepang.

Cukup banyak yang janggal dari cerita ini. Salah satunya, kenapa Tatsuya bisa kebetulan banget sering dapet proyek di Prancis.

Lalu, mengapa Sebastien bisa menjadi dekat sekali dengan Tara sampai gadis itu super manja padanya?

Masalah nama asli dari salah satu tokoh juga membingungkan saya. Contoh, masa Anggita nama kecilnya jadi Nita? Uhm, gak gitu sih, tapi kira-kira gitu deh XD

Ending yang mirip dengan salah satu karya Ilana Tan yang sudah saya baca membuat saya gemas.

Ah, kenapa mirip sih? Walau dibuat berbeda dan lebih dramatis, menurut saya malah jadinya terlalu dipaksakan.

Saya merasa ending tersebut adalah "jalan keluar yang mudah". Seharusnya bisa dibuat lain. Mungkin Ilana Tan khawatir penggemar atau pembaca buku ini akan marah. Padahal kalau endingnya dibuat lain, saya optimis buku ini bisa lebih baik lagi.

Meski demikian, saya tetap suka dengan rangkaian kalimat yang dibuat oleh Ilana Tan. Salah satu kalimat favorit dari buku ini adalah:

Terima kasih atas semua yang sudah kau lakukan untukku. Aku selalu senang bersamamu. Kau membuat segalanya menyenangkan. Saat-saat bersamamu adalah saat-saat paling membahagiakan ...Aku selalu mengira saat itu bisa bertahan selamanya.

Mereka bilang cinta sejati selalu akan menemukan jalan untuk dapat bersatu.

Apa yang akan kau lakukan saat tahu bahwa sekuat apapun kau mencoba, hal yang kau inginkan tidak bisa terwujud?

Apa kau akan berhenti untuk percaya bahwa cinta itu ada? Bahwa rasa itu sungguhlah nyata? Bahwa bahagia yang pernah ada bukanlah kesemuan?

Saat ini, saya tidak punya jawabannya. Mungkin nanti, saya akan membaginya pada kalian.

Rate:



RATING3

Submitted for:

Indonesian Reading Romance Challenge 2014

Cheers!



Untitled-3

Post a Comment

1 Comments