Scene on Three [3]



Beberapa hari yang lalu, saya membaca buku The Fault in Our Stars bersama dengan Kak Vina dari Mari Ngomongin Buku. Buku yang sukses membuat saya menjadi super labil dalam hitungan detik. Nanti seneng, nanti miris, nanti ikutan senyum, nanti ikutan terharu. Duh, John Green, kau berhasil mempermainkan perasaanku! ;(

Ada tiga adegan (iya, tiga! bisa lebih malah sebenarnya) yang berkesan buat saya selama membaca buku ini.

Adegan pertama adalah saat Augustus memberi tahu Hazel bahwa dia bersedia menggunakan "Wish"-nya, atau yang mereka sebut sebagai "the cancer perk" untuk mewujudkan impian Hazel bertemu dengan pengarang favoritnya, Peter Van Houten. "I" di percakapan ini adalah Hazel karena diceritakan lewat POV 1.


"Augustus," I said. "Really. You don't have to do this."

"Sure I do," he said. "I found my Wish."

"God, you're the best," I told him.

"I bet you say that to all the boys who finance your international travel," he answered.

(page 90)

Kemudian, adegan berikutnya adalah saat sedang Cancer Team Meeting untuk Hazel. Di pertemuan tersebut, dokter, keluarga dan juga Hazel (sang penderita kanker) yang membicarakan untuk pengobatan, diagnosa dan sebagainya. Hasil pemeriksaan dokter tidaklah begitu baik sehingga membuat Hazel merasa bersalah. Apalagi, melihat Dad sangat terpukul (fyi: Hazel's Dad memang sedikit cengeng, tapi..ya wajar aja sih >,<)

I hate hurting him. Most of the time, I could forget about it, but the inexorable truth is this: They might be glad to have me around, but I was the alpha and the omega my parents' suffering.

(page 116)

Iya, itu lebih ke potongan kalimat sih. Soalnya saya rada males rangkum adegan full-nya *ditabok

Adegan ketiga adalah saat Augustus menyatakan cintanya ke Hazel. Super super super sweet!

"I'm in love with you," he said quietly.

"Augustus," I said.

"I am," he said. He was staring at me, and I can see the corners of his eyes crinkling. "I'm in love with you and I'm not in the business of denying myself the simple pleasure of saying true things. I'm in love with you, and I know that love is just a shout into the void, and that oblivion is inevitable, and that we're all doomed and that there will come a day when all our labor has been returned to dust, and I know the sun will swallow the only earth we'll ever have, and I'm in love with you."

"Augustus," I said again, not knowing what else to say. It felt like everything was rising up in me, like I was drowning in this weirdly painful joy, but I couldn't say it back. I couldn't say anything back. I just looked at hima and let him look at me until he nodded, lips pursed, and turned away, placing the side of his head against the window.

(page 153-154)

then sincerely wishing that my 'Augustus' will be that sweet.

Masih terkena book hangover nih setelah membaca TFiOS, hiks! Adegan demi adegan, kata demi kata, bikin saya susah move-on!

Kalau kamu, apakah ada juga adegan dari sebuah buku yang berkesan? Cerita, yuk!


  1. Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya ke dalam suatu post.

  2. Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.

  3. Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.

  4. Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three.

  5. Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).



Happy reading and happy sharing!

Cheers!



book-admirer signature-1

Post a Comment

3 Comments

  1. Wuih, borongan... so sweet ya si Augustus, tapi aku masih ragu2 baca buku ini XD

    ReplyDelete
  2. Hahha, iyaa banyak yang berkesan *malu
    Ayo dibaca, tapi siapkan hati :D

    ReplyDelete
  3. […] Apalagi dengan tokoh Gus yang enggak berhenti saya puja baik saat di review atau saat Scene on Three […]

    ReplyDelete