[Book Review] The Fault in Our Stars

photo 1

Title: The Fault in Our Stars



Author: John Green



Cover design: Irene Vandervoort



Publisher: Penguin Books



Paperback, 316 pages



Publication date: January 3rd, 2013



ISBN-13:  978-014-134-56-59



Language: English



Genre: Young Adult, Romance



Rec. age to read: Above 15 y.o



Source: Sale Corner at Indonesia Book Fair



Price: Rp 25.000 (bargain price)



Despite the tumor-shrinking medical miracle that has bought her a few years, Hazel has never been anything but terminal, her final chapter inscribed upon diagnosis. But when a gorgeous plot twist named Augustus Waters suddenly appears at Cancer Kid Support Group, Hazel's story is about to be completely rewritten.

Insightful, bold, irreverent, and raw, The Fault in Our Stars is award-winning author John Green's most ambitious and heartbreaking work yet, brilliantly exploring the funny, thrilling, and tragic business of being alive and in love.




Augustus dan Hazel bertemu di sebuah pertemuan komunitas yang saling menguatkan satu sama lain (support group). Bisa dibilang, love at first sight. Hmmm..

Ralat deh, karena saya sendiri bukan tipe yang percaya akan cinta pada pandangan pertama. Mari kita sebut saja bahwa ini adalah ketertarikan yang sangat kuat dari pertama kali bertemu. (enggak, saya enggak mau mengakui kalau itu sama aja!)

Diceritakan dari POV 1 (Hazel), buku ini tidak hanya bercerita mengenai romance antara Augustus dan Hazel.

TFiOS juga bercerita mengenai hubungan Hazel dengan orangtuanya, dengan Isaac (salah satu peserta support group) dan juga dengan pengarang favorit Hazel, Peter Van Houten.

Bagaimana Hazel merasa bahwa dia bagaikan granat untuk orang yang dia sayang karena dia bisa 'meledak' kapan saja. Bagaimana Hazel dan Augustus merasa cocok karena mereka sama-sama ingin dunia melihat dan mengenang mereka bukan hanya sebagai penderita kanker. Semua dijabarkan dengan sangat ringan dan membuat saya tersentuh.

Awalnya, saya sangat penasaran ingin membaca An Imperial Affliction (AIA), tapi saat membaca korespondensi antara Hazel - Peter - Augustus, well, saya mulai merasa bahwa sepertinya ini hanya rekaan. Sayang sekali, padahal saya -dan sejumlah pembaca lainnya- sangat penasaran ingin membaca AIA.

Siapa yang tidak penasaran kalau Hazel dan Augustus diceritakan sangat tersentuh oleh kisah AIA? Rasa penasaran itu sangat kuat sampai sembari membaca buku ini, saya tidak bisa bohong kalau saya terus berdoa dan berdoa agar John Green tidak mengakhiri TFiOS seperti AIA. Dan, ternyata harapan sayaa.. ung, enggak mau kasih tau deh, daripada spoiler :P

Oh ya, saya baca buku ini barengan Kak Vina, dan dia berhasil bikin review yang sungguh menyentuh. Silahkan lihat langsung reviewnya di blog Mari Ngomongin Buku

Selama membaca buku tersebut bareng Kak Vina, yang enggak berhenti-berhenti kita omongin adalah Augustus alias Gus. Huah, mungkin saya akan memasukkan Gus ke dalam Top Five Book Boyfriend (untuk edisi tahun ini, tentunya! xD)

Kalau kata Selvi, teman saya, dia enggak suka sama Gus yang ganjen. Tapi saya malah suka. Bukan ganjen kok, flirty. Seperti kata Hazel, 'His every syllable flirted' (pg. 17)

Saya emang suka dengan tingkat percaya diri yang tinggi semacam Gus. Terus humoris. Bisa dilihat dari adegan yang saya share di Scene on Three [3]

Terus pinter (ini kesimpulan saya aja sih). Pokoknya, Gus beneran langsung naik ke nomor 1 book boy friend saya! (padahal masih banyak buku yang akan dibaca habis ini) Enggak heran kalau ngebaca kalimat pertama bab 21, reflek saya melempar buku (literally) walau sekitar sepuluh menit berikutnya saya kembali memungut buku untuk diteruskan baca.

Quote favorit saya dari buku ini juga cukup banyak sampai saya harus memilah-milah yang paling berkesan:

Depression is a side effect of dying. - pg. 3

"Television is a passivity" - pg. 7

"And if the inevitability of human oblivion worries you, I encourage you to ignore it. God knows that's what everyone else does." = pg.13

I don't know why boys expect us to like boy movies. We don't expect them to like girl movies. - pg. 35

"I take quite a lot of pride in not knowing what's cool" - pg. 40

"Some tourists think Amsterdam is a city of sin, but in truth it is a city of freedom. And in freedom, most people find sin." - pg. 157

"It would be privilege to have my heart broken by you" - pg. 176

"You gave me a forever within the numbered days, and I'm grateful." - pg. 260

You get all these friends just when you don't need friends anymore. - pg. 266


~♥

#NowPlaying Unconditionally - Katy Perry







Sebenarnya sih iseng aja, nyari lagu yang cocok sama buku ini. Eh, pas denger di radio dan liat video klip lyric-nya, sepertinya ini cocok banget.

I will love you unconditionally

There is no fear now

Let go and just be free

I will love you unconditionally


Mungkin keren kalau beneran dijadiin soundtrack TFiOS dengan cara dinyanyikan duet, cewek dan cowok dan bersahut-sahutan gitu, serasa Hazel dan Augustus nyanyi bareng *kebanyakan ngayal

CONFESSION: begitu saya menyelesaikan buku ini, saya segera cek jadwal tayang film adaptasi-nya. (Kalau penasaran juga, bisa cek di sini: Release Dates) Dan saat melihat bahwa di Indonesia baru akan tayang tanggal 21 Agustus sedangkan di Australia tanggal 5 Juni, yang saya lakukan adalah mengecek harga tiket ke Australia. MAHAL! -random-

No worries, masih bisa menghibur diri dengan nonton trailer-nya di bawah ini kok:







Need second opinion? Bisa cek di blog Kak Indah dan Kak Lina yang juga udah baca dan review buku ini.

Cheers!



book-admirer signature-1

Collage 2014-01-24 21_04_16-1

photo 1

Post a Comment

16 Comments

  1. bicara karakter favorit, aku jauh lebih suka Hazel daripada Gus.
    entah kenapa, aku ga se-klepek-klepek pembaca (perempuan) lain thdp Gus.
    buku ini emang bagus, aku jg nyesek-dan-sedikit nangis. but imho, buku ini agak over rated. *peace

    ReplyDelete
  2. Mungkin Ziyy sama kayak Selvi ya, berasa Gus malah jatuhnya genit :P
    Iya, banyak kok yang bilang buku ini biasa aja, tapi buat aku nyentuh banget.
    Bisa jadi juga karena bacanya pas lagi menye-menye. Eh, tapi enggak juga sih. Hmm, yah selera aja :P

    ReplyDelete
  3. Kamu kok bisa dapetin bukunya? Dengan harga 25K dan cetakan Penguin? Mupeeenggg sangatt!

    ReplyDelete
  4. Iyaa dapet di obralan indonesia book fair.
    Gak mulus sih, tp sangat layak baca :)

    ReplyDelete
  5. Nggak sabar ini nungguin filmnyah x)
    Aku awal-awal juga suka banget, baca buku ini emosional parah karena nggak nyangka endingnya kayak gitu, tapi makin kesini makin ngerasa kalo TFiOS ini sebenernya rada cheesy #digeplakkakchei
    Tapi tetep suka kok, heheheheheh. Kenapa penasaran sama AIA-nya, Kaaaak?

    ReplyDelete
  6. Hahaha, aku gak mau re-read ah, menguras emosi soalnya xD
    Cheesy ya? Enggak ah menurutku, tapi mungkin karena baru baca sekali atau aku emang dasarnya suka cheesy kali yaa *hmmm..
    Nanti nonton bareng aja yuk sama anak2 bajay juga :D
    Penasaran sama AIA karena ceritanya kayaknya seru apalagi saat dijelasin background Peter Van Houten. Endingnya juga bikin gemes :))

    ReplyDelete
  7. Wah, beruntung banget nih kak chei bisa dapet bukunya versi aslinya lagi dengan harga miring :D

    Aku juga suka banget sama Hazel dan Gus. Dan ya, aku juga masuk ke tim penggemarnya Gus. Aku setuju kalo Gus masuk ke kategori "book boy friend" impian. Soalnya dia emang bikin klepek-klepek :3

    ReplyDelete
  8. Yep, emang beruntung banget dan sedikit nyesel karena sempat mengacuhkan (halah, bahasanya xD) buku ini sekian lama karena gak yakin.
    Ternyata bagus banget >,<
    *toss sebagai sesama tim Gus :P

    ReplyDelete
  9. […] dengan tokoh Gus yang enggak berhenti saya puja baik saat di review atau saat Scene on […]

    ReplyDelete
  10. […] The Fault in Our Stars by John Green (Maret 2014) […]

    ReplyDelete
  11. wakaka aku udah masukin Gus jadi book boyfriend taon lalu.
    Aku juga ga mau re-read, cukup sekali sudah membaca yg menguras energi dan emosi. Baca buku niat mau pelarian malah jadi......

    ReplyDelete
  12. Iyaaa bener banget... Aku berasa banget lemah jadinya setelah baca buku ini. *lebay. Gus emang sweet..aku mau satu yg kayak gitu #eh

    ReplyDelete
  13. […] kalau dari luar negeri, ada The Fault in Our Stars, dong! Ya, ya, ya..pasti tahu kan? Saya sendiri sebenarnya sedikit rancu tentang […]

    ReplyDelete
  14. Sick-lit kayak people like us ya kak?

    ReplyDelete
  15. Betul. Mirip banget sih menurutku. Cuma diceritakan dari sudut pandang orang ketiga :)

    ReplyDelete
  16. […] saja saya bisa menyukai buku ini seperti saya senang membaca The Fault in Our Stars dan People Like […]

    ReplyDelete