Book Review - Ke Bukit Billycock (Lima Sekawan) by Enid Blyton





Judul: Lima Sekawan - Ke Bukit Billycock



Penulis: Enid Blyton



Alih Bahasa: Agus Setiadi



Desain dan ilustrasi cover: Martin Dima



Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama



ISBN: 978-979-22-7589-6



Tebal: 192 hal.



Cetakan ketiga belas, April 2012



Jangan dibaca sebelum jam berbuka puasa!



Seperti biasa, novel karya Enid Blyton adalah novel yang seru dan membangkitkan selera makan dari para pembaca. Saya percaya, itu tidak hanya terjadi pada saya tapi juga kebanyakan dari pembaca novel Madam Enid yang lainnya.



Buku ini termasuk dalam seri Lima Sekawan, seri petualangan dari Julian, Dick, George, Anne dan Timmy. Julian, Dick, Anne adalah kakak-beradik yang memiliki sepupu gadis yang senang bertingkah dan berpakaian seperti lelaki. Bahkan, dia menolak dipanggil Georgina, seperti namanya, dan memilih untuk dipanggil George. Sedangkan Timmy adalah anjing kesayangan George yang bertubuh besar, bisa diandalkan dan sayang pada majikannya, termasuk juga sepupu majikannya.

Meski merupakan bagian dari seri, buku ini bisa dibaca secara terpisah karena tiap judul memiliki jalan cerita sendiri. Kalau pun ada yang terkait dengan judul lain, pasti akan dijelaskan biar hanya sambil lalu. Tidak menganggu pemahaman kita akan keseluruhan cerita.

Buku ini bercerita tentang petualangan Lima Sekawan saat pergi ke Bukit Billycock. Mereka melakukan liburan di daerah yang dekat dengan tempat tinggal kawan dari Julian dan Dick, Toby Thomas yang memiliki adik yang menggemaskan bernama Benny. Bocah tersebut memiliki hewan peliharaan bernama Keriting, yang adalah seekor babi! Ibu mereka adalah seorang yang baik hati dan sangat membantu Lima Sekawan dalam mempersiapkan kebutuhan mereka saat berkemah di bukit.

Saat bertandang ke rumah Toby, mereka juga bertemu dengan Jeff, sepupu Toby, seorang pilot yang sedang ditugaskan di sebuah lapangan udara yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Sekali saja bertemu, mereka langsung merasa simpati pada Jeff yang ramah dan berkharisma. Bahkan Timmy pun senang pada Jeff, tidak menunjukkan sikap waspada walau baru pertama kali bertemu.

Sayang, tidak lama kemudian beredar kabar bahwa Jeff telah membawa lari pesawat eksperimen rahasia. George sedikit kecewa pada awalnya karena Timmy tidak biasanya salah dalam menilai orang. Akhirnya, Lima Sekawan berusaha untuk mengungkap kebenaran dari tuduhan tersebut.

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, buku ini sangat menggoda saat mendeskripsikan soal makanan. Saya cukup yakin kalau ini adalah salah satu dari buku Enid Blyton yang sering menyebut soal makanan. Ya, beliau memang selalu rinci dalam menjelaskan soal makanan. Tapi, di buku ini, porsinya cukup dominan.

Dan itulah, yang membuat saya sedikit jemu membacanya. Bukan, bukan karena saya tidak suka makanan. Tapi, saya rasa terlalu banyak pembahasan yang tidak penting. Terlalu bertele-tele.

Mungkin saya terlalu berharap tinggi karena cerita Lima Sekawan lainnya yang sudah saya baca lebih menonjolkan di bagian memecahkan kasus daripada sekedar menceritakan perjalanan mereka.

Yang saya senang adalah, saya semakin diyakinkan kalau Enid Blyton memang pencerita yang ulung. Selalu berhasil membuat saya ingin menjalani petualangan seperti yang dialami oleh para tokoh dalam cerita. Selalu membuat saya merasa bahwa kehidupan yang terkesan sederhana di era tersebut jauh lebih menyenangkan daripada era masa kini.

Karakter favorit saya adalah Benny. Bocah tersebut berperingai jenaka dan menyenangkan. Punya keyakinan yang cukup kuat untuk mempertahankan apa yang dia inginkan. Membayangkan dia kesana kemari sambil menjinjing Keriting itu rasanya kocak!

Nah, selain Benny, saya juga suka pada Anne, si gadis manis yang kalem namun juga punya karakter yang keras. Salah satu ungkapan darinya akhirnya yang salah pilih sebagai kalimat favorit:

"Tak ada yang lebih asyik daripada berkumpul dengan saudara-saudaraku seperti ini, bersenang-senang bersama mereka. Tidak- aku tidak mau jadi dewasa. Lebih enak jadi anak-anak terus." - hal. 46


Bicara soal kalimat favorit, saya menemukan beberapa bagian yang menurut saya diterjemahkan secara kurang tepat. Walau saya belum membaca versi bahasa aslinya, saya merasa bahwa ada yang kurang sreg saat membacanya.

Bagaimana pun, buku ini tetap memukau. Bayangkan saja, kalau terjemahannya pas, atau bahkan dalam bahasa aslinya?

Lots of Love, ♥ ZP ♥

Rate: ♥ ♥ ♥ ♥

Post a Comment

12 Comments

  1. […] Buat yang mau lihat review saya untuk buku ini bisa dilihat di blog buku saya: [Me: Book-admirer] Ke Bukit Billycock (Lima Sekawan) by Enid Blyton […]

    ReplyDelete
  2. Buku kenangan masa kecil. Aku masih kepingin untuk mengoleksinya lagi sih. Aku #TeamGeorge

    ReplyDelete
  3. Iya, beli satu-satu aja deh, ikutin cara Kak Astrid, kalau gak berasa banget jadinya mahal :(

    ReplyDelete
  4. penulis ponpes aliceJanuary 16, 2014 at 4:24 AM

    aku udah baca semua seri lima sekawan dalam satu tahun. hanya 5 buku serinya lg yg sulit kutemukan. aku suka bgt sm ceritanya. aku suka bertualang dan meulis novel, jd aku suka buku yg menantang!!

    ReplyDelete
  5. wah, sudah lengkap? keren banget! tinggal yang mana yang belum? Lagi mau ikut caranya temen, cicil satu satu aja, biar enggak terlalu berasa :)
    Iya, seru ya kalau baca cerita menantang seperti ini.
    Suka nulis juga ya? ^^

    ReplyDelete
  6. ahhh.. lima sekawan! emang sih di seri ini ada buku yang lebih menarik petualangannya dibandingin buku2 lainnya.. tapi berhubung semuanya baru pertama kali gua baca jadi berasa seru2 aja :D

    ReplyDelete
  7. Bener banget, kak. Walau tetep, sesi makannya sayang dilewatkan :p

    ReplyDelete
  8. Buku lima sekawan? Wow... Ini bacaan saya 30 thn yll #tebak sy umur brp# selalu menginspirasi saya n the gank utk bertualang, camping, ke gunung, cari mercusuar boong2an... Wah seru bgt deh... Kpn ada penulis yg bisa berimajinasi sekaliber enid blyton ya skrg?

    ReplyDelete
  9. Wah, pasti seru ya kalau bisa nyoba petualangan macam George dkk, biarpun cuma sekadar "boong2an".. :D
    Iya, Enid itu sebenernya simple tapi ngena. Apalagi pas baca soal makanan, langsung laper, hehehe..
    Umurnya kira-kira kayak mama saya dong klo bacanya udah 30th lalu XD
    Terima kasih sudah mampir ya :)

    ReplyDelete
  10. Bisa baca di internet?

    ReplyDelete
  11. Kurang tahu kalau baca di internet. Setahu saya, buku ini lumayan eksis di obralan :)

    ReplyDelete
  12. […] bayangan saya, buku yang saya cari adalah buku semacam Bliss, The Prank List atau mungkin buku Lima Sekawan. Pokoknya yang seperti itu, yang bisa membuat kita kelaperan selagi baca […]

    ReplyDelete