Book Review: Sherlock Holmes:Si Penyewa Kamar Misterius


Judul: Sherlock Holmes: Si Penyewa Kamar Misterius


Penulis: Sir Arthur Conan Doyle


Alih bahasa: Tim Narasi


Penerbit: Narasi


Tebal: 112 hal.


Cetakan pertama, 2010


ISBN: 978-979-168-199-5


Kenapa memilih buku ini? Terus terang saja, saya bukan penggemar genre thriller/horror/mystery. Jadilah, saya pun memilih buku ini karena saya termasuk penggemar Sherlock Holmes versi RDJ alias versi film. Sengaja pula memilih buku yang tipis, biar cepat selesai. Dan, ternyata strategi saya salah. Saya malah sedih, buku ini terlalu cepat tuntas :(

Terdiri dari tiga cerita pendek, dengan ukuran buku seperti mass market paperback, bisa dibayangkan bagaimana singkatnya setiap cerita di dalam buku ini.

Judul dari cerita pertama, sekaligus judul dari buku ini adalah Si Penyewa Kamar Misterius. Menceritakan tentang kegelisahan Nyonya Merrilow, wanita tua yang menyewakan kamarnya kepada Nyonya Ronders. Selama tujuh tahun lamanya, dia tidak pernah melihat secara jelas seperti apa rupa dari penyewa kamarnya. Saat tanpa sengaja dia mendapat kesempatan, Nyonya Merrilow terkejut bukan main melihat wajah Nyonya Ronders yang menakutkan.

Awalnya, saya tidak mengerti, memangnya kenapa kalau wajah Nyonya Ronders menakutkan? Apa salahnya?

Dan memang, hanya Holmes yang bisa tahu apa yang perlu diungkapkan. Hanya lewat sebuah pesan singkat, nyaris seluruh keterangan yang diperlukan sudah bisa didapatkan.

Hal tersebut berlaku juga dalam cerita kedua, Vampire dari Sussex. Holmes mendapatkan permohonan untuk membantu penyelesaian kasus yang berhubungan dengan vampire. Pada awalnya, Holmes tidak tertarik karena menurutnya vampire adalah suatu hal yang irrasional. Saat Tuan Ferguson mengirimkan surat yang menjelaskan kondisi dari temannya yang memiliki masalah dengan vampire tersebut, mendadak Holmes berubah pikiran dan berniat membantu.

Ternyata, Tuan Ferguson yang menyebutkan bahwa kasus tersebut adalah kasus dari temannya, sesungguhnya menceritakan tentang dirinya sendiri. Dia khawatir kalau istri yang dia cinta adalah vampire. Dan pastinya, Holmes tergerak untuk membuktikan kalau kecurigaan Tuan Ferguson salah :D

Berbeda dengan cerita kedua, di cerita ketiga, Misteri Patung Napoleon, Holmes diminta untuk membantu dan dia sudah tertarik untuk melibatkan dirinya sejak awal. Ada kasus ganjil yang terjadi di kota, ada pencuri yang mengincar patung Napoleon, tapi hanya untuk dipecahkan. Tidak ada yang bisa mengerti kenapa ada yang mengincar patung yang bernilai tidak seberapa itu. Lagipula, kenapa harus dihancurkan kalau memang berniat mencuri?

Belum selesai misteri tersebut terpecahkan, terjadi pembunuhan di lokasi pencurian –dan penghancuran patung-. Holmes segera melakukan penyelidikan lebih lanjut dan memecahkan misteri –tentunya- dengan caranya sendiri.

Nah, begitulah sekilas tentang tiga cerita yang terdapat dalam buku ini. Cerita yang paling saya suka adalah Vampire dari Sussex.

Kenapa? Karena menurut saya, ceritanya sedikit lebih kompleks dan lebih unpredictable daripada kedua cerita lainnya. Yak,saya merasa cerita di dalam buku ini terlalu mudah ditebak. Mungkin karena cerita yang terlalu pendek sehingga dapat terbaca dengan mudah, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mungkin juga karena buku ini menggunakan sudut pandang dari si “Aku” alias Watson yang menceritakan kembali pengalamannya bersama Holmes. Sehingga, kita diajak untuk lebih mengerti karakter dari Holmes seperti Watson mengerti Holmes.

Dari cerita ini pun, saya mendapatkan pencerahan bahwa terkadang kita perlu membuka mata kita. Not everything you know is true :p

Oh ya, sedikit cerita, awalnya saya sedikit ragu untuk membaca buku versi terjemahan (lagi) karena belum lama ini patah hati dengan terjemahan yang super jelek. Ternyata, terjemahan dari penerbit Narasi cukup baik dan tidak mengganggu, dalam pandangan saya.

Bukan terjemahannya yang mengganggu, melainkan tata letak. Contohnya, tulisan di cover belakang dari buku saya, sedikit miring. Apa ini termasuk salah cetak atau bagaimana, ya? Plus, tambahan, ternyata di bagian blurb ada kesalahan penyebutan nama,hmm..

Saya masih menemukan beberapa typo dan kerancuan penggunaan tanda baca, walau tidak begitu banyak. Masih dalam batas toleransi, menurut saya.Kalimat favorit saya dalam buku ini ada di cerita pertama, bahkan di halaman awal buku ini.
Masalah yang kuhadapi, bukan mencari kisah mana yang akan kuceritakan, namun memilih mana cerita yang akan kupilih – Watson, hal.3

Tokoh favorit saya kalau saat menonton film Sherlock Holmes adalah Holmes sendiri. Tapi, saat membaca buku ini, saya malah merasa lebih akrab dengan Watson. Mungkin karena diceritakan dari sudut pandang Watson.

Buku ini, menurut saya, cocok dibaca untuk orang yang belum pernah membaca cerita Sherlock Holmes sebelumnya. Bisa juga untuk yang baru mau beralih genre. Atau, bisa juga yang mau membaca bacaan yang ‘sedikit’ serius.

Seperti saya sebutkan di atas, saya sedih buku ini terlalu cepat tuntas. Saya sudah cinta pada Sherlock Holmes sebelum membaca buku ini. Sayang, buku ini hanya seolah bercerita tentang Sherlock Holmes. Tidak berhasil membuat saya jatuh cinta lebih dalam.

Rate: ♥ ♥ ♥

Lots of Love, ♥ ZP ♥

Post a Comment

4 Comments

  1. Cerita tentang Sherlock Holmes memang selalu asyik. Tapi aku baru baca yang Holmes vs. Lupin :(
    Kalo pengen punya buku ini, kayanya udah susah ya?

    ReplyDelete
  2. Enggak susah kok, kemarin sih beli lewat Gramedia Online, demi event Serapium Reading Challenge 2013 :)

    ReplyDelete
  3. Belum terlalu suka sama bacaan dengan genre mystery, masih di horror dulu. Sherlock Holmes pun baru baca satu, dan itu nggak selesai karena udah nggak ngerti duluan >.<

    ReplyDelete
  4. Oh ya? Padahal cara bercerita Sir Doyle itu sangat menarik menurutku. Cerita Holmes juga kebanyakan pendek saja. Ayo coba dibaca yang lain, siapa tau tertarik ^^

    ReplyDelete