Kenapa harus jadi guru? (2)

"Gak usahlah kamu jadi guru. Mendingan jadi arsitek kek, dokter kek."

"Apa enaknya jadi guru? Gaji kecil,sering dimarahin orang,belum ngurus anak yang bandel."

Dan percaya atau tidak, komentar tersebut diucapkan oleh guru-guru yang sudah berpengalaman mengajar paling sedikit sepuluh tahun.

Apa iya, enggak ada indahnya jadi guru? Apa bener, jadi guru itu bukan suatu hal yang membanggakan?

Hm, sad but true, banyak orang(tua) yang masih menganggap profesi guru bukanlah profesi yang menjanjikan apalagi membanggakan.

Siapa yang pernah denger seorang bapak/ibu pengen anaknya kalau udah gede nanti jadi guru?

Ya, ya, ya.

Gue bisa merasakan sepi langsung mencekam.

Orangtua biasanya akan dengan senang berceloteh bagaimana dia pengen anaknya jadi dokter, insinyur, atlet, bahkan bintang sinetron dan yaaa..paling mesem-mesem kalau pas akhirnya dia cerita anaknya pengen atau 'kecebur' jadi guru.

Bahkan -boleh percaya atau gak, tapi ini bener- orang yang berprofesi sebagai guru sendiri pun, sangat jarang yang pengen anaknya mengikuti jejaknya, menjadi tenaga pendidik.

Dan gue akui, jadi guru itu enggak gampang. SUSAH. Lebih gampang bikin laporan keuangan secara berkala daripada ngajarin anak umur 3 tahun gimana caranya nulis huruf B dengan baik dan benar,tanpa bantuan dari orang lain (baca:guru)

Tapi, susah bukan berarti enggak bisa kan?

Sekarang, gue mau memberikan opini tentang apa yang harus lu persiapkan kalau lu mau jadi seorang guru. Kali aja kan ada yang berminat dan pengen tau, apa sih yang harus dipersiapkan kalau mau jadi guru.

  • Percaya Diri


                    Eh? Kok udah kayak mau ikut ajang pencarian bakat sih? Tapi ini beneran. Dalam menghadapi murid - bahkan orangtua atau..atasan? - diperlukan kepercayaan diri karena terkadang kita diperhadapkan dengan situasi yang bikin kita bingung harus jawab apa, bersikap apa dan bereaksi seperti apa. Misalnya gini, murid mengajukan pertanyaan yang kita enggak tau jawabannya. Kalau kita enggak percaya diri, kita akan gelagapan, enggak tau mau jawab apa. Dan kalau kita enggak percaya diri, wah gawat. Baik murid ataupun orangtua akan sulit percaya sama kita karena kita yang enggak yakin sama diri kita sendiri. Gini lah, gimana ceritanya lu mau ngajarin anak kalau lu sendiri enggak yakin dengan apa yang lu ajarin? Gimana ceritanya lu mau ngajarin anak kalau lu sendiri enggak yakin metode pengajaran lu itu bener? They need your self-confidence. Dalam arti, lu harus yakin dengan apa yang lu perbuat. Kalau lu gak yakin, gimana mereka mau yakin, menyerahkan 'masa depan' di tangan lu?

  • Jadi pendengar yang baik


                    Guru yang baik itu mendengarkan. Dia akan mendengarkan murid yang mengeluh soal tugas yang gak abis-abis. Dia mendengarkan dengan cermat saat murid bercerita soal teman sekelas yang menyebalkan. Mendengarkan dengan sabar protes dari orang tua yang kurang puas dengan kebijakan sekolah atau bahkan kebijakan guru itu sendiri. Mendengarkan saat rekan sepenanggungan sependeritaan bercerita tentang pengalaman yang didapat selama mengajar, baik suka dan duka. Karena dari mendengar, kita dapat belajar banyak, tahu lebih banyak dan mendapat empati dari si pencerita yang kagum akan adanya orang yang bersabar mendengarkan segala keluh kesah yang diucapkan.

  • Peka dan kritis


                  Gue tadinya mau tulis, banyaklah membaca. Tapi kayaknya udah gak sesuai deh untuk jaman sekarang. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam upaya memperluas wawasan, mengembangkan ide, menambah pengalaman dan memperkaya pengetahuan. Contohnya, pergi ke mall. Eits, jangan salah sangka. Pergi ke mall aja bisa bikin kita belajar banyak hal. Begitu masuk ke dalam sebuah mall, banyak hal yang bisa jadi pusat perhatian kita. Bisa aja perhatian kita langsung tertuju pada promosi di sebuah toko ternama. Atau dekorasi di dalam mall yang bertemakan suatu kegiatan tertentu, misalnya saja, perayaan tahun baru. Nah, dari melihat dekorasi untuk perayaan tahun baru, bisa saja kan menjadi tambahan ide untuk kita, untuk kegiatan murid di sekolah? Entah untuk mereka mengadakan acara, membuat kerajinan tangan, dan lainnya. Itu kalau kita sibuk memperhatikan dekorasi. Kita pasti juga akan menemukan beberapa keluarga, entah itu ayah-ibu-anak, ayah-anak-mbak atau ibu-mbak-anak. Bisa belajar dari mengamati mereka? Bisa dong. Perhatiin aja gimana cara anak mendapatkan apa yang dia mau. Apakah nangis, minta baik-baik atau gak minta pun dikasih? Perhatiin juga siapa yang lebih dominan dalam ngurus anak, apakah mama,papa atau,mbak? Iya,anak yang kita amati bukan murid kita. Tapi, dari observasi kecil-kecilan itu, kita bisa mengenal berbagai macam tipe anak, tipe orangtua bahkan tipe pengasuh (!) Membantu enggak dalam bertugas jadi guru? Banget. Belajarlah peka dalam keadaan sekitar dan berpikirlah secara kritis.

  • enggak bosen belajar


                   Jarang guru yang males belajar, tapi ada. Padahal, gimana ceritanya mau jadi guru kalau sendirinya males belajar? Masih ada hubungan dengan poin sebelumnya. Kalau mau jadi guru, kita enggak boleh berhenti belajar. Pengetahuan itu selalu berkembang. Dinamis. Kalau kita enggak ikut berkembang, mau jadi apa murid yang kita ajar?

  • Enjoy the process


                   Semua pekerjaan butuh ini. Cinta. Apa bisa lu ngajar orang dengan sabar kalau lu sebenernya gak suka ngajarin orang lain? Ada orang yang seneng 'menggurui'. Ada yang seneng mengajar. Yang seneng menggurui ya seneng aja kasih tau apa yang salah. Kalau yang seneng mengajar, akan senang saat tau tidak ada yang salah dan dengan senang hati menuntun dalam membetulkan yang salah. See the difference or not? Orang yang seneng mengajar akan dengan sabar menjelaskan, mencoba berbagai macam cara agar yang diajar mengerti apa yang dia ajarkan lalu mengapresiasi setiap perkembangan yang terjadi di proses pengajaran. Orang yang seneng 'menggurui' hanya akan berfokus pada hasil, benar atau salah.

  • Jadilah pendidik yang terdidik


                   Kan gak mungkin kan ya, kita bisa mendidik anak menjadi anak yang berakhlak baik kalau kita sendiri tidak berakhlak baik? Terimalah kritik dengan lapang dada, jadikan bahan pertimbangan untuk menjadi lebih baik lagi hari demi hari. Jangan malu mengakui kesalahan yang kita buat tapi jangan pernah mengulanginya.

  • setiap murid itu unik, tapi semua butuh kasih sayang


                   Tiap murid membutuhkan pendekatan yang berbeda, punya cara belajar yang beda, punya karakter yang beda, punya latar belakang yang beda. Tapi, semua butuh kasih sayang. Enggak peduli dia emang udah disayang banget sama orang tua di rumah, dia tetep butuh kasih sayang. Gampangnya gini, kalau lu sayang sama murid lu, lu pasti mau yang terbaik buat mereka. Lu akan melakukan segala cara agar mereka bisa jadi lebih baik lagi hari demi hari, bukan cuma secara akademis tapi juga psikis dan spiritual. Saat lu melakukan dengan cinta, didasari oleh cinta dan untuk cinta, pasti akan mendapatkan hasil maksimal. Mungkin enggak merubah kenakalan murid lu secara instan, tapi memberi kekuatan ekstra ke lu buat terus mencoba. Mungkin enggak bikin lu langsung disayang sama semua murid, tapi akan membuat lu memperhatikan semua murid lu dengan sepenuh hati.

Belum lama ini, oma gue bilang kalau dia bangga karena gue mau jadi guru. Dia bilang jadi guru adalah panggilan hidup, enggak semua orang mau dan bisa jadi guru. Jadi guru itu beban moril nya cukup berat, karena berurusan dengan masa depan anak.

Gue setuju sama oma gue dan.. semoga aja gue -dan siapapun yang pengen,sudah atau akan menjadi guru- bisa jadi guru yang baik. Yang bukan cuma bikin anak pinter tapi juga sopan -anak sekarang banyak yang gak sopan! X( - dan berkepribadian baik, seperti gurunya dong yaa..

Cheers!

:D

Post a Comment

0 Comments